Selasa, 31 Maret 2009

Akhir bulan penuh berkah

Cepet sekali waktu berlalu. Rasanya baru beberapa hari yang lalu memasuki tahun 2009. Sekarang udah di penghujung bulan Maret. Duh..., tak terasa waktu berlari sedemikian cepat. Walau rasanya aku sudah berlari ekstra cepat, tetap saja waktu tak mampu kukejar.

Kini, aku mencoba untuk merenungi perjalanan yang aku jalani 3 bulan terakhir ini. Menghitung satu per satu nikmat yang aku dapatkan, sampai tak cukup waktu bagiku menghitung semuanya. Ternyata, sudah banyak sekali dan bahkan tak terhitung berkah yang aku terima. Alhamdulillah....


Apalagi di bulan Maret ini. Rasanya makin tak mampu aku menyimpan rasa senang dan bahagia yang ada di hati. Begitu banyak hal yang mampu membuatku mengucap rasa syukur. Bukan saja dari hal-hal yang besar, tapi juga dari hal-hal yang kecil. Sungguh, aku sudah tak mampu lagi menghitung banyaknya kebahagian yang diberikan-Nya padaku.

Bulan Maret ini tim kerjaku yang baru rasanya semakin solid. Aku merasakan rasa nyaman dalam bekerja bersama tim. Semula kubayangkan akan sulit untuk membangun kekompakan dengan anggota tim yang baru ini. Tapi ternyata, semua berjalan lancar dan menyenangkan. Sehingga pekerjaanku di kantor dapat berjalan dengan lancar pula.

Akhir-akhir ini pekerjaan kantorku makin padat saja. Begitu banyak hal yang harus dikerjakan dalam tenggang waktu yang sangat singkat, malah ada yang dalam waktu bersamaan. Untungnya dengan dukungan dan bantuan teman-teman, tugas-tugas itu dapat terselesaikan juga.

Shasa membawa banyak kabar gembira untukku, khususnya di Bulan Maret ini. Banyak sekali perkembangan yang telah dilaluinya. Walau terkadang Shasa masih menunjukkan kemanjaannya (maklum, so far dia masih jadi anak tunggal), tapi Shasa sudah makin mampu mengontrol emosinya. Perkembangan Shasa di sekolah juga bagus. Walaupun seperti biasa, aku tak berani memasang target untuknya (mengingat kesibukannya), tapi ternyata Shasa mampu juga berprestasi.

Di akhir bulan Maret ini, suamiku mendapatkan kenaikan pangkat. Alhamdulillah. Siapa sih yang menolak mendapatkan kabahagiaan seperti ini ?? Sesuatu yang diperjuangkan suamiku selama beberapa waktu, membuahkan hasil juga. Semoga saja, semangat kerja suamiku semakin meningkat setelah mendapatkan kenaikan pangkat ini.

Dalam dunia maya, aku mendapatkan banyak kebahagiaan dari teman-teman sesama blogger. Sebagaimana telah di-klaim beberapa teman blogger bahwa Maret ini adalah Bulan Award. Begitu banyak award yang dihibahkan antar sesama blogger. Award yang bersliweran kesana kemari tanpa henti, terus menerus selama bulan Maret. Luar biasa.

Khusus untuk award, di akhir bulan Maret ini aku masih menerima 2 buah award dari mas Willis Koes. Terimakasih banyak mas Willis. Lucunya, salah satu award dari Mas Willis, yaitu award "I Love Your Blog" sudah pernah aku terima dari Mbak Fanda. Dan Award yang sama itu sekaligus adalah award pertama (dari Mbak Fanda) dan terakhir (dari Mas Willis) yang aku terima di bulan Maret ini. Award dari mas Willis adalah seperti ini :






Mas Willis memilihku untuk mendapatkan award itu dengan alasan blogku informatif sekali. Terima kasih mas Willis atas pujiannya. Tapi sungguh, aku merasa tak pantas mendapat pujian sedemikian tingginya. Aku merasa bahwa apa yang aku catatkan dalam blog-ku ini adalah hal-hal yang biasa saja. Informasi yang aku sampaikan juga tidak terlalu banyak, karena aku lebih banyak bercerita tentang diriku sendiri (narsis dot com).

Yang terakhir, kebahagiaan aku terima juga dari mas Rizal Adha. Secara tak terduga, dia memberiku domain gratis selama 1 tahun. Alasannya memberikan domain gratis padaku adalah sebagai "ganti" award yang kuberikan padanya. Padahal aku sudah sempat menolaknya, karena aku merasa gak "seimbang" aja. Award yang kuberikan padanya kan aku dapatkan gratis dari teman blogger lainya. Sementara dia menggantinya dengan sesuatu yang lebih bernilai. Tapi atas desakannya, akhirnya aku terima juga domain gratis itu. So..., inilah aku dengan domain gratis pemberian itu. Terima kasih banyak untuk mas Adha.

Oh ya ada lagi. Kali ini kebahagiaan itu datang (lagi) dari mas
Willis Koes. Dengan kebaikan hatinya, aku dan Shasa kini mempunyai banner yang keren. Dan secara tak terduga, banner yang dibuat oleh mas Willis untukku sama persis dengan keinginanku selama ini !! Shasa tentu saja lebih gembira, karena dia sama sekali tak menyangka kalau Om Willis ini akan mampir ke blognya dan sekaligus membuatkan banner untuknya. 


Sekali lagi, makasih banyak mas Willis. Jadi, atas semua kebahagiaan, nikmat, berkah, dan sebagainya yang telah aku terima, aku hanya bisa mengucap ribuan kali rasa syukur. Semoga semua yang telah aku terima tak menjadikanku lupa diri. Semoga esok hari lebih baik dari hari ini. Amin.

Sabtu, 28 Maret 2009

Berlibur (Bagian Dua)

Sekarang aku mau melanjutkan catatanku yang terpotong kemarin. Catatan tentang kegiatanku mengisi liburan Nyepi kemarin. Sebelumnya, aku baru sempat mencatatkan acaraku berlibur di Monumen Kresek. Kalau sekarang..., aku ingin melanjutkan catatanku setelah kami meninggalkan monumen itu.

Setelah kami (aku, suami dan Shasa) meninggalkan Monumen Kresek, kami berpindah tempat ke Wana Wisata Grape. Wana artinya hutan. Jadi Wana Wisata kurang lebih artinya wisata di hutan gitu deh hehehehe... Tapi tempat yang kami datangi bukan hutan yang lebat. Tapi, suatu tempat peristirahatan yang berada di dekat hutan.


Wana Wisata Grape ini terletak di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun. Wisata hutan yang terletak di tepi sungai Catur ini sebenarnya dirancang sebagai tempat wisata keluarga. Sayangnya saat ini kondisinya makin memprihatinkan dan kurang terawat.

Padahal, Wana Wisata Grape ini memiliki potensi untuk menjadi tempat perkemahan dan out bound. Kantorku sendiri sudah beberapa kali melakukan kegiatan out bound di lokasi ini. Sebenarnya tempatnya mengasyikkan, karena dekat dengan sungai, sawah dan hutan, sehingga cocok untuk pengenalan lingkungan alam pada anak-anak.

Saat kami sampai di Grape, keadaannya sama seperti di Monumen Kresek, tempat ini sudah ramai sekali. Ternyata, banyak juga yang berniat mengisi hari libur dengan menikmati sejuknya alam pegunungan.

Kami berjalan-jalan menikmati sejuknya angin dan indahnya pemandangan. Seneng banget rasanya. Shasa dan suamiku sebenarnya pengen banget masuk ke dalam sungai, tapi gak jadi karena jalan menuju sungai lumayan curam. Shasa gak berani, takut kepleset. Selain itu, sudah banyak juga orang yang bermain di sungai. Akhirnya, kami hanya puas melihat orang-orang yang bermain di sungai.














Video Wana Wisata Grape bisa dilihat di sini


Setelah puas di Wana Wisata Grape ini kemudian kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan untuk lebih 'naik' lagi. Melewati hutan-hutan jati yang ada di kanan dan kiri perjalanan sungguh menyenangkan. Jalanan makin lama makin menanjak dan pemandangan makin indah saja. Sampai akhirnya kami sampai ke Bendungan penampungan air PLTA Golang. Sampai di sini kami memutuskan untuk kembali.






Tapi kami tak lantas pulang, karena kemudian mobil kami arahkan ke Desa Kare. Kembali kami melalui jalanan yang menanjak. Di sini kami melelalui hutan jati. Setelah cukup jauh masuk ke Desa Kare, kami memutuskan untuk kembali pulang.

Puas sekali kami hari itu mengisi hari dengan menikmati perjalanan dari desa ke desa di kaki Gunung Wilis yang sejuk. Suasana yang jauh berbeda dengan yang kami hadapi setiap hari di kantor benar-benar membuat kami fresh. Kami siap untuk kembali beraktivitas keesokan harinya.

Aku jadi ingat dengan pelajaran yang aku dapat saat sekolah dulu. Rekreasi memang tidak harus mahal. Melakukan kegiatan yang menyenangkan sudah termasuk rekreasi. Yang penting..., setelah melakukan kegiatan rekreasi kami merasa 'segar' kembali......

Berlibur (Bagian Dua)

Sekarang aku mau melanjutkan catatanku yang terpotong kemarin. Catatan tentang kegiatanku mengisi liburan Nyepi kemarin. Sebelumnya, aku baru sempat mencatatkan acaraku berlibur di Monumen Kresek. Kalau sekarang..., aku ingin melanjutkan catatanku setelah kami meninggalkan monumen itu.

Setelah kami (aku, suami dan Shasa) meninggalkan Monumen Kresek, kami berpindah tempat ke Wana Wisata Grape. Wana artinya hutan. Jadi Wana Wisata kurang lebih artinya wisata di hutan gitu deh hehehehe... Tapi tempat yang kami datangi bukan hutan yang lebat. Tapi, suatu tempat peristirahatan yang berada di dekat hutan.


Wana Wisata Grape ini terletak di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun. Wisata hutan yang terletak di tepi sungai Catur ini sebenarnya dirancang sebagai tempat wisata keluarga. Sayangnya saat ini kondisinya makin memprihatinkan dan kurang terawat.

Padahal, Wana Wisata Grape ini memiliki potensi untuk menjadi tempat perkemahan dan out bound. Kantorku sendiri sudah beberapa kali melakukan kegiatan out bound di lokasi ini. Sebenarnya tempatnya mengasyikkan, karena dekat dengan sungai, sawah dan hutan, sehingga cocok untuk pengenalan lingkungan alam pada anak-anak.

Saat kami sampai di Grape, keadaannya sama seperti di Monumen Kresek, tempat ini sudah ramai sekali. Ternyata, banyak juga yang berniat mengisi hari libur dengan menikmati sejuknya alam pegunungan.

Kami berjalan-jalan menikmati sejuknya angin dan indahnya pemandangan. Seneng banget rasanya. Shasa dan suamiku sebenarnya pengen banget masuk ke dalam sungai, tapi gak jadi karena jalan menuju sungai lumayan curam. Shasa gak berani, takut kepleset. Selain itu, sudah banyak juga orang yang bermain di sungai. Akhirnya, kami hanya puas melihat orang-orang yang bermain di sungai.














Video Wana Wisata Grape bisa dilihat di sini


Setelah puas di Wana Wisata Grape ini kemudian kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan untuk lebih 'naik' lagi. Melewati hutan-hutan jati yang ada di kanan dan kiri perjalanan sungguh menyenangkan. Jalanan makin lama makin menanjak dan pemandangan makin indah saja. Sampai akhirnya kami sampai ke Bendungan penampungan air PLTA Golang. Sampai di sini kami memutuskan untuk kembali.






Tapi kami tak lantas pulang, karena kemudian mobil kami arahkan ke Desa Kare. Kembali kami melalui jalanan yang menanjak. Di sini kami melelalui hutan jati. Setelah cukup jauh masuk ke Desa Kare, kami memutuskan untuk kembali pulang.

Puas sekali kami hari itu mengisi hari dengan menikmati perjalanan dari desa ke desa di kaki Gunung Wilis yang sejuk. Suasana yang jauh berbeda dengan yang kami hadapi setiap hari di kantor benar-benar membuat kami fresh. Kami siap untuk kembali beraktivitas keesokan harinya.

Aku jadi ingat dengan pelajaran yang aku dapat saat sekolah dulu. Rekreasi memang tidak harus mahal. Melakukan kegiatan yang menyenangkan sudah termasuk rekreasi. Yang penting..., setelah melakukan kegiatan rekreasi kami merasa 'segar' kembali......

Jumat, 27 Maret 2009

Berlibur (Bagian Satu)

Tanggal 26 Maret 2009 ada bonus libur 1 hari dalam rangka memperingati Hari Raya Nyepi (Tahun Baru Saka 1931). Tak ingin melewatkan kesempatan untuk refreshing, aku bersama Shasa dan suami memutuskan untuk jalan-jalan. Kebetulan, beberapa hari terakhir kesibukan di kantor lumayan padat. Makanya, begitu ada kesempatan untuk melakukan refreshing tak akan kulewatkan begitu saja.

Setelah menimbang, mengingat dan sebagainya..., akhirnya kami putuskan untuk mengisi liburan ini dengan mencari udara segar di kaki Gunung Wilis. Tepatnya, kami ingin pergi ke Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun. Selain udara di sana yang masih segar, kami ingin bersantai di sana.


Perjalanan yang kami lalui sangat menyenangkan karena kami melewati persawahan yang menghijau. Di kejauhan, kami melihat sosok Gunung Wilis yang tegak berdiri. Indah sekali pemandangan yang kami saksikan. Rasa segar makin terasa saat udara dari perbukitan menyentuh kulit kami. Kami tak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke tempat yang kami ingin kami tuju.


Pemandangan yang indah menuju Monumen Kresek

Tujuan kami adalah mengunjungi Monumen Kresek yang terletak di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun. Desa Kresek adalah wilayah perkampungan yang terletak di kaki Gunung Wilis. Setiap tahun di lokasi Monumen Kresek ini diselenggarakan Upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila. Pelaksanaan upacara di lokasi tersebut dikarenakan pada tahun 1948 Desa Kresek telah dijadikan PKI sebagai ladang pembantaian tokoh masyarakat dan agama.

Untuk mengenang peristiwa tersebut, maka pada tahun 1987 dibangunlah Monumen Kresek dan diresmikan pada tahun 1991. Monumen Kresek hanyalah salah satu saksi kekejaman PKI pimpinan Muso di Madiun. Monumen ini dibangun di atas tanah seluas 2 hektar yang berada di kaki Gunung Wilis dan berjarak kurang lebih 8 km ke arah timur dari Kota Madiun. Di dalam monumen itu, terdapat patung dan beberapa replika kejadian pembantaian yang dilengkapi pendopo rumah milik Sumo Radjimin yang saat itu digunakan sebagai jagal ratusan jiwa manusia.


Monumen dilihat dari pintu masuk


Replika peristiwa pembantaian yang dibuat di atas bukit


Peresmian Monumen yang ditandatangani oleh Gubernur Jawa Timur tahun 1991
Video monumen kresek dapat dilihat di sini



Replika kejadian pembantaian tersebut dibangun di atas bukit. Dan, tak jauh dari situ dibuat juga relief-relief yang menggambarkan kejadian pembantaian itu. Sementara di bawah dibuat tugu yang memuat nama-nama korban yang telah dibunuh oleh PKI. Di depan tugu tersebut dibuat replika mayat-mayat korban pembunuhan tersebut.


Tugu yang berisikan nama-nama korban pembunuhan

Replika mayat-mayat korban pembunuhan

Walaupun lokasi Monumen Kresek tidak terlalu jauh dari Kota Madiun, tapi ini adalah kunjungan Shasa yang kedua kalinya. Kunjungan pertama Shasa di Monumen Kresek adalah saat Shasa masih duduk di TK. Saat itu Shasa belum paham tentang sejarah kelam yang melatar belakangi dibangunnya monumen tersebut. Saat datang pertama kali di Monumen Kresek, Shasa tidak tertarik untuk melihat replika yang ada. Baru pada kedatangan kedua kalinya ini, Shasa berniat untuk melihat replika yang dibangun di atas bukit.

Saat kami datang, di lokasi Monumen itu banyak rombongan anak-anak sekolah yang datang. Ada rombongan anak-anak TK dan ada juga rombongan anak-anak SD. Ternyata, hari libur yang hanya 1 hari itu dimanfaatkan oleh beberapa sekolah untuk mengajak murid-muridnya melakukan karya wisata.

Walaupun terletak di atas bukit di kaki Gunung Wilis, tapi setelah matahari semakin tinggi lokasi itu panas juga. Untung saja kami datang masih pagi dan kami telah puas melihat-lihat lokasi tersebut sebelum hari semakin panas. Sebelum hari makin panas, kami sudah meninggalkan Monumen Kresek dan mencari tempat lain yang lebih sejuk....

Semoga saja catatan kelam sejarah masa lalu dapat dijadikan pelajaran bagi generasi mendatang. Betapa luka yang ditinggalkan masih terasa sampai saat ini. Dan betapa sulitnya menghapus stigma yang ada dari sejarah Madiun. Semoga tak akan pernah lagi terjadi kejadian serupa di tanah air kita yang tercinta, Indonesia.

Berlibur (Bagian Satu)

Tanggal 26 Maret 2009 ada bonus libur 1 hari dalam rangka memperingati Hari Raya Nyepi (Tahun Baru Saka 1931). Tak ingin melewatkan kesempatan untuk refreshing, aku bersama Shasa dan suami memutuskan untuk jalan-jalan. Kebetulan, beberapa hari terakhir kesibukan di kantor lumayan padat. Makanya, begitu ada kesempatan untuk melakukan refreshing tak akan kulewatkan begitu saja.

Setelah menimbang, mengingat dan sebagainya..., akhirnya kami putuskan untuk mengisi liburan ini dengan mencari udara segar di kaki Gunung Wilis. Tepatnya, kami ingin pergi ke Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun. Selain udara di sana yang masih segar, kami ingin bersantai di sana.


Perjalanan yang kami lalui sangat menyenangkan karena kami melewati persawahan yang menghijau. Di kejauhan, kami melihat sosok Gunung Wilis yang tegak berdiri. Indah sekali pemandangan yang kami saksikan. Rasa segar makin terasa saat udara dari perbukitan menyentuh kulit kami. Kami tak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke tempat yang kami ingin kami tuju.


Pemandangan yang indah menuju Monumen Kresek

Tujuan kami adalah mengunjungi Monumen Kresek yang terletak di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun. Desa Kresek adalah wilayah perkampungan yang terletak di kaki Gunung Wilis. Setiap tahun di lokasi Monumen Kresek ini diselenggarakan Upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila. Pelaksanaan upacara di lokasi tersebut dikarenakan pada tahun 1948 Desa Kresek telah dijadikan PKI sebagai ladang pembantaian tokoh masyarakat dan agama.

Untuk mengenang peristiwa tersebut, maka pada tahun 1987 dibangunlah Monumen Kresek dan diresmikan pada tahun 1991. Monumen Kresek hanyalah salah satu saksi kekejaman PKI pimpinan Muso di Madiun. Monumen ini dibangun di atas tanah seluas 2 hektar yang berada di kaki Gunung Wilis dan berjarak kurang lebih 8 km ke arah timur dari Kota Madiun. Di dalam monumen itu, terdapat patung dan beberapa replika kejadian pembantaian yang dilengkapi pendopo rumah milik Sumo Radjimin yang saat itu digunakan sebagai jagal ratusan jiwa manusia.


Monumen dilihat dari pintu masuk


Replika peristiwa pembantaian yang dibuat di atas bukit


Peresmian Monumen yang ditandatangani oleh Gubernur Jawa Timur tahun 1991
Video monumen kresek dapat dilihat di sini



Replika kejadian pembantaian tersebut dibangun di atas bukit. Dan, tak jauh dari situ dibuat juga relief-relief yang menggambarkan kejadian pembantaian itu. Sementara di bawah dibuat tugu yang memuat nama-nama korban yang telah dibunuh oleh PKI. Di depan tugu tersebut dibuat replika mayat-mayat korban pembunuhan tersebut.


Tugu yang berisikan nama-nama korban pembunuhan

Replika mayat-mayat korban pembunuhan

Walaupun lokasi Monumen Kresek tidak terlalu jauh dari Kota Madiun, tapi ini adalah kunjungan Shasa yang kedua kalinya. Kunjungan pertama Shasa di Monumen Kresek adalah saat Shasa masih duduk di TK. Saat itu Shasa belum paham tentang sejarah kelam yang melatar belakangi dibangunnya monumen tersebut. Saat datang pertama kali di Monumen Kresek, Shasa tidak tertarik untuk melihat replika yang ada. Baru pada kedatangan kedua kalinya ini, Shasa berniat untuk melihat replika yang dibangun di atas bukit.

Saat kami datang, di lokasi Monumen itu banyak rombongan anak-anak sekolah yang datang. Ada rombongan anak-anak TK dan ada juga rombongan anak-anak SD. Ternyata, hari libur yang hanya 1 hari itu dimanfaatkan oleh beberapa sekolah untuk mengajak murid-muridnya melakukan karya wisata.

Walaupun terletak di atas bukit di kaki Gunung Wilis, tapi setelah matahari semakin tinggi lokasi itu panas juga. Untung saja kami datang masih pagi dan kami telah puas melihat-lihat lokasi tersebut sebelum hari semakin panas. Sebelum hari makin panas, kami sudah meninggalkan Monumen Kresek dan mencari tempat lain yang lebih sejuk....

Semoga saja catatan kelam sejarah masa lalu dapat dijadikan pelajaran bagi generasi mendatang. Betapa luka yang ditinggalkan masih terasa sampai saat ini. Dan betapa sulitnya menghapus stigma yang ada dari sejarah Madiun. Semoga tak akan pernah lagi terjadi kejadian serupa di tanah air kita yang tercinta, Indonesia.

Selasa, 24 Maret 2009

Hollahop

Siapa yang belum tahu permainan hollahop ini ? Rasanya, permainan (sekaligus olah raga) ini sudah banyak dikenal oleh masyarakat. Bukan hanya orang dewasa, tapi anak-anak pun sudah banyak yang tahu bahkan mahir dalam memainkannya.

Beberapa bulan terakhir ini, memang permainan hollahop sedang "musim" lagi di Madiun. Beda dengan buah pisang, yang bisa terus berbuah tanpa mengenal musim.... Ternyata pemainan hollahop ini mengenal musim !! Mengingat sudah lama sekali permainan ini "hilang" dan kini... hop... !! Dia datang lagi.... Senengnya punya mainan baru.


Shasa sedang semangat berlatih main hollahop

Terus terang, aku dari dulu belum pernah memainkannya. Makanya, waktu Shasa minta dibeliin hollahop ini, aku langsung setuju aja. Selain Shasa ingin belajar memainkannya.., aku juga punya keinginan yang sama. Hehehehe *gak mau kalah ceritanya* So.., sekarang aku dan Shasa sedang hobby maen hollahop nih. Asyik juga ternyata. Dan.., capek juga. Gak apa-apa.., hitung-hitung olah raga ringan hehehe.

Aku punya cerita menarik tentang penjual hollahop ini. Kebetulan ada seorang penjual hollahop yang tiap hari berjualan tak jauh dari sekolah Shasa. Hollahop yang dijualnya itu ditaruhnya di atas sepedanya, yang disandarkannya pada sebuah pohon dekat sekolah Shasa.

Setiap waktu anak-anak pulang sekolah, penjual hollahop itu "laris". Eits.. jangan salah sangka..., bukan laris terjual hollahop-nya. Tapi..., hollahop itu laris dipinjem anak-anak yang baru pulang sekolah. Anak-anak itu bebas mengambil dan memilih sendiri hollahop yang ada di sepeda penjualnya. Sambil menunggu jemputan, anak-anak itu bermain hollahop sepuasnya !!

Untuk anak-anak yang "ngerti" setelah selesai bermain, mereka mengembalikan hollahop itu di atas sepeda penjualnya. Tapi, tak jarang ada anak-anak yang gak "ngerti" juga. Setelah tahu penjemputnya datang, hollahop itu diletakkan begitu saja di tanah. Kalau sudah begitu, sang penjual hollahop harus mengumpulkan kembali hollahop yang sudah selesai dipinjam gratis itu.

Padahal.., jadwal pulang anak-anak SD berbeda-beda. Untuk anak-anak kelas rendah, jadwal pulangnya tentu lebih pagi dibanding dengan anak-anak kelas yang lebih tinggi. Jadi bisa dibayangkan, betapa sibuknya sang penjual hollahop itu meladeni anak-anak yang meminjam hollahop dagangannya. Belum lagi kalau dia harus mengumpulkan kembali hollahop yang berserakan, yang tidak dikembalikan ke tempatnya semula oleh si peminjam.

Aku salut dengan si penjual hollahop itu. Saat ini kulihat banyak orang yang berusaha mencari celah untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Bagi orang lain yang menangkap "peluang" itu, maka mungkin saja timbul dalam benaknya untuk "menyewakan" hollahop itu. Mungkin saja ongkos yang ditarik dari para penyewa tak akan mahal. Mungkin hanya berkisar antara Rp. 500 s/d Rp. 1.000 sekali pakai. Tapi ini mungkin lho...

Sementara si penjual di dekat sekolah Shasa ini enjoy aja membiarkan barang dagangannya dipinjem untuk dipakai anak-anak bermain. Dia membiarkan anak-anak memilih sendiri hollahop yang diinginkannya untuk dipakai bermain. Bahkan..., dia rela mengumpulkan kembali hollahop dagangannya yang lupa dikembalikan oleh si peminjam. Salut benar aku.... Padahal penjual itu masih sangat muda (eh.., nyambung gak sih whekekeke).

Selama aku menunggu Shasa pulang sekolah, aku melihat bahwa para peminjam hollahop lebih banyak dibandingkan dengan pembeli hollahop. Selama aku mengamati kejadian itu, aku hanya melihat ada 1 orang pembeli yang membeli dagangannya. Sementara..., yang meminjam hollahopnya tak terhitung jumlahnya !! Aku jadi mikir.., berapa keuntungan yang didapatnya dari menjual sebuah hollahop itu ya ??

Ternyata, dari penjual hollahop ini aku mendapat pelajaran kehidupan. Tak semua orang bernafsu untuk mengejar lebih banyak harta. Tak semua orang berambisi untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Ada kebahagiaan dan kepuasan lain yang ingin diraihnya. Sesuatu yang mungkin bagi orang lain kalah penting oleh kebutuhan ekonomi.

Tak ada yang patut dipersalahkan. Semua orang berhak untuk meraih kebahagiaannya sendiri-sendiri. Semua orang berhak untuk memilih jalannya sendiri. Namun..., rasanya akan lebih sempurna hidup ini apabila keberadaan kita juga memberikan manfaat dan kebahagiaan bagi orang lain.

Ternyata, untuk membuat hidup kita berarti tak perlu harus melakukan hal yang sulit. Tak perlu pula harus menunggu melakukan sesuatu hal yang "besar". Ada banyak cara sederhana yang mampu membuat orang lain tersenyum bahagia.... Tak ada salahnya belajar dari si penjual hollahop itu. Sebagaimana orang bijak pernah mengatakan : mutiara itu darimana pun asalnya tetap mutiara juga.