Kamis, 28 Januari 2010

Cuti

Akhirnya aku bisa juga ambil cuti setelah sekian lama terbenam dengan kesibukan kantor. Mumpung Shasa libur sekolah selama seminggu, maka aku dan suami ambil cuti sekalian. Kami ingin menikmati libur bersama dengan Shasa.

Aku cuti mulai tanggal 27 Januari sampai dengan 29 Januari 2010. Hari pertama cuti, kemarin, aku lalui di rumah saja. Aku bisa beres-beres rumah dan memasak bersama Shasa. Tentu saja tak lupa blogging.... hehehe.


Dan, mulai hari ini sampai hari Minggu nanti, kami sekeluarga dan juga kedua orang tuaku berangkat ke Pacitan. Kami ingin mengunjungi adikku yang tinggal di Pacitan bersama suami dan kedua anaknya. Jika biasanya kami ke Pacitan naik travel atau membawa kendaraan pribadi, kali ini kami ingin lebih santai. Makanya kami sewa mobil saja untuk mengantarkan kami ke Pacitan.


Setelah Dhuhur, berangkatlah kami ke Pacitan. Alhamdulillah, perjalanan kami lancar. Padahal sewaktu kami berangkat, mendung tebal menggantung. Semula kami sempat khawatir akan turun hujan deras dan kami terhadang longsor di Pacitan. Maklum saja, sampai sekarang ini jalan ke Pacitan masih rawan longsor, terutama jika hujan turun dengan derasnya.


Cuaca yang bersahabat membuat kami bisa menikmati perjalanan ini. Jalan mendaki dan berliku-liku kami lalui dengan lancar. Sungai-sungai mengalir tenang di bawah gunung-gunung batu yang sudah nyaris rata dengan tanah. Memang, bagi sebagian penduduk Pacitan, bekerja sebagai pemecah batu adalah sumber mata pencaharian mereka. Maka tak heran, jika di beberapa tempat, kami bisa menyaksikan orang-orang yang sibuk memecah batu di pinggir jalan. Atau beberapa orang yang berusaha memecah gunung batu untuk dijadikan bahan material bangunan.


Selama cuti ini aku mungkin tak bisa leluasa blogging dan blogwalking. Untuk itu aku minta maaf kepada sahabat-sahabat yang telah mampir kesini dan aku belum bisa berkunjung balik. Insya Allah, selesai cuti nanti dan aku telah kembali kepada aktivitas harianku, aku akan segera berkunjung ke rumah sahabat satu persatu.


Selain itu, aku juga minta maaf pada Laksamana Embun, mbak Ninneta dan mbak Fandakarena aku belum sempat memajang award-nya. Tambahan untuk mbak Fanda, tag-nya baru bisa aku kerjakan setelah cuti selesai.


Sementara itu saja yang dapat aku sampaikan kepada para sahabat. Sekarang aku ingin menikmati cutiku, agar nanti saat aku kembali pada aktivitas normalku, aku sudah sangat fresh. Insya Allah, oleh-oleh cutiku di Pacitan ini akan aku bagikan setelah aku pulang ke Madiun nanti. OK..? See you soon...

Cuti

Akhirnya aku bisa juga ambil cuti setelah sekian lama terbenam dengan kesibukan kantor. Mumpung Shasa libur sekolah selama seminggu, maka aku dan suami ambil cuti sekalian. Kami ingin menikmati libur bersama dengan Shasa.

Aku cuti mulai tanggal 27 Januari sampai dengan 29 Januari 2010. Hari pertama cuti, kemarin, aku lalui di rumah saja. Aku bisa beres-beres rumah dan memasak bersama Shasa. Tentu saja tak lupa blogging.... hehehe.


Dan, mulai hari ini sampai hari Minggu nanti, kami sekeluarga dan juga kedua orang tuaku berangkat ke Pacitan. Kami ingin mengunjungi adikku yang tinggal di Pacitan bersama suami dan kedua anaknya. Jika biasanya kami ke Pacitan naik travel atau membawa kendaraan pribadi, kali ini kami ingin lebih santai. Makanya kami sewa mobil saja untuk mengantarkan kami ke Pacitan.


Setelah Dhuhur, berangkatlah kami ke Pacitan. Alhamdulillah, perjalanan kami lancar. Padahal sewaktu kami berangkat, mendung tebal menggantung. Semula kami sempat khawatir akan turun hujan deras dan kami terhadang longsor di Pacitan. Maklum saja, sampai sekarang ini jalan ke Pacitan masih rawan longsor, terutama jika hujan turun dengan derasnya.


Cuaca yang bersahabat membuat kami bisa menikmati perjalanan ini. Jalan mendaki dan berliku-liku kami lalui dengan lancar. Sungai-sungai mengalir tenang di bawah gunung-gunung batu yang sudah nyaris rata dengan tanah. Memang, bagi sebagian penduduk Pacitan, bekerja sebagai pemecah batu adalah sumber mata pencaharian mereka. Maka tak heran, jika di beberapa tempat, kami bisa menyaksikan orang-orang yang sibuk memecah batu di pinggir jalan. Atau beberapa orang yang berusaha memecah gunung batu untuk dijadikan bahan material bangunan.


Selama cuti ini aku mungkin tak bisa leluasa blogging dan blogwalking. Untuk itu aku minta maaf kepada sahabat-sahabat yang telah mampir kesini dan aku belum bisa berkunjung balik. Insya Allah, selesai cuti nanti dan aku telah kembali kepada aktivitas harianku, aku akan segera berkunjung ke rumah sahabat satu persatu.


Selain itu, aku juga minta maaf pada Laksamana Embun, mbak Ninneta dan mbak Fandakarena aku belum sempat memajang award-nya. Tambahan untuk mbak Fanda, tag-nya baru bisa aku kerjakan setelah cuti selesai.


Sementara itu saja yang dapat aku sampaikan kepada para sahabat. Sekarang aku ingin menikmati cutiku, agar nanti saat aku kembali pada aktivitas normalku, aku sudah sangat fresh. Insya Allah, oleh-oleh cutiku di Pacitan ini akan aku bagikan setelah aku pulang ke Madiun nanti. OK..? See you soon...

Selasa, 26 Januari 2010

Perayaan ulang tahun

Gambar diambil dari sini

Dua hari yang lalu adalah hari ulang tahunnya yang ke tiga puluh sembilan. Namun, sejak dua hari sebelumnya dia telah mendapatkan ucapan selamat ulang tahun dari teman-temannya. Bahkan hari inipun, dua hari setelah hari ulang tahunnya, ucapan selamat ulang tahun itu masih saja dialamatkan padanya. Maklum saja, dia boleh dibilang sebagai "panutan" dalam kelompoknya. Masih muda, cantik, sukses dan kaya... So, mencari teman bukanlah persoalan sulit baginya.

Dari sekian banyak ucapan selamat ulang tahun yang diterimanya, 75 % di antaranya juga menanyakan kapan dia akan merayakan hari istimewa itu. Merayakan disini berarti adalah mengundang mereka untuk pesta (baca : makan-makan secara gratis). Sebenarnya kalau semua permintaan teman-remannya itu dituruti, bisa-bisa menguras semua uang belanja bulanannya.


Akhirnya, setelah dipertimbangkan masak-masak, dia memutuskan untuk merayakan ulang tahunnya sebanyak 3 kali. Yang pertama tentu saja dengan keluarganya (orangtua, suami dan anak-anaknya). Dan itu dilakukannya bertepatan dengan tanggal kelahirannya, yaitu dua hari yang lalu. Bersama mereka makan malam di suatu resto yang ada di hotel berbintang yang menjadi langganan keluarganya.

Dan selanjutnya, siang kemarin adalah acara perayaan yang kedua. Bersama sekelompok wanita temannya main tenis, mereka makan siang di sebuah mall yang dekat dengan kantornya. Dan seperti biasa jika berkumpul bersama dengan teman-teman tenisnya ~yang semuanya wanita~ acara jadi sangat meriah dan seru karena canda dan tawa tiada hentinya.

Nah... yang terakhir adalah kemarin malam. Kali ini dia mengajak mantan teman-teman SMA-nya untuk berkumpul bersama di sebuah coffe room di sebuah hotel yang ada di kotanya. Acaranya yang dimulai pukul 21.30 WIB itu direncanakan akan berakhir pada pukul 24.00 WIB.

Ternyata, banyak juga mantan teman-teman SMA-nya yang datang. Di antara sekian banyak yang datang, mayoritas adalah teman-temannya yang laki-laki. Sementara teman wanitanya yang bisa datang malam itu hanya 5 orang. Tapi itu tak mengurangi kebahagiaannya karena semua temannya yang hadir berusaha untuk memberikan kebahagiaan untuknya.

Canda dan tawa kembali menghiasi harinya. Bernyanyi dan berkaraoke bersama mantan teman-teman SMA-nya benar-benar membuat senyum tak beranjak dari wajahnya. Gembira dan bahagia.... hingga akhirnya waktu jualah yang menghentikan semuanya. Tepat pukul 00.30 WIB akhirnya perayaan itu selesai dan meninggalkan kesan yang mendalam bukan saja baginya, tapi bagi teman-temannya.


*****

Itulah sekelumit cerita tentang perayaan sebuah hari ulang tahun. Walaupun menyisakan kenangan indah dan kebahagiaan, tak urung sempat membuatku mengeryitkan dahi, yaitu tentang perayaan yang digelarnya dengan mantan teman-teman SMA-nya. Ada beberapa bagian yang tak aku pahami, tapi mungkin itu terjadi karena adanya perbedaan persepsi.

Aku tak paham, mengapa untuk perayaan sebuah ulang tahun harus dirayakan dengan 'kemeriahan' seperti itu. Ya... ya..., aku tahu bahwa merayakan ulang tahun memang hak masing-masing orang. Setiap orang memang berhak untuk meraih bahagia dengan caranya sendiri, apalagi dengan menggunakan uangnya pribadi. Tak akan ada yang berani protes, bukan ?

Tapi tahukah dia, bahwa saat undangan perayaan ulang tahun dibagikan, ada seorang temannya yang tak bisa datang ? Dan alasan ketidakhadirannya adalah karena pemilihan waktu yang tidak tepat. Karena pada jam-jam selarut itu seorang istri kurang pas jika pergi dari rumah dan meninggalkan keluarga hanya untuk 'berhura-hura' ?

Tahukah dia, bahwa ada seseorang lagi tak datang ? Kali ini alasannya adalah lokasi perayaan ulang tahun yang kurang tepat. Jika perayaan ulang tahun itu dirayakan di rumahnya, maka mungkin saja seseorang ini akan tetap memaksakan diri untuk hadir (bagaimanapun mereka cukup akrab sewaktu SMA dulu). Tapi karena dirayakan di sebuah coffe room sebuah hotel, maka dia merasa tak pantas untuk datang. Maklum saja, sehari-hari dia adalah pedagang kaki lima, yang untuk mencukupi makan keluarganya saja sudah kewalahan, apalagi untuk membeli sebuah baju yang pantas untuk dipakai di hotel. Baginya, bisa makan 3 kali sehari saja sudah suatu kemewahan... tapi bersenang-senang di sebuah hotel tak pernah terbayangkan olehnya.

Tahukah dia, bahwa ada seseorang yang mengelus dada ? Di saat sekian banyak orang kesulitan mempertahankan hidupnya, ada sekelompok orang yang berpesta dan bergembira ria untuk menyambut perayaan ulang tahun. Apakah mereka lupa, bahwa mungkin saja sisa-sisa makanan pesta mereka merupakan 'berkah' bagi pengemis yang mengorek-ngorek tong sampah ?

Apakah mereka lupa, ada banyak anak di luar sana yang menangis putus asa ? Mereka tak mampu melanjutkan sekolahnya, meskipun uang sekolah mereka yang hanya beberapa lembar uang ribuan saja tak mampu mereka bayarkan. Ironis sekali rasanya.

Apakah mereka lupa, bahwa mereka tengah merayakan dengan gembira berkurangnya waktu yang diberikan-NYA untuk hidup di dunia ?

Andai saja perayaan ulang tahunnya tak meninggalkan sedih dan cemburu di hati orang lain.

Andai saja dia tak mengutamakan perayaan yang berwujud pesta, mungkin akan lebih banyak orang yang ikut bahagia bersamanya.

Andai saja, dia mampu merayakan ulang tahunnya dengan lebih bijaksana. Andai saja perayaan ulang tahunnya dirayakan dengan sederhana dan tak berlebihan. Jika itu terjadi, aku akan semakin mengaguminya sebagai wanita muda yang cantik, sukses, kaya dan... berhati bidadari.

Andai saja....


Perayaan ulang tahun

Gambar diambil dari sini

Dua hari yang lalu adalah hari ulang tahunnya yang ke tiga puluh sembilan. Namun, sejak dua hari sebelumnya dia telah mendapatkan ucapan selamat ulang tahun dari teman-temannya. Bahkan hari inipun, dua hari setelah hari ulang tahunnya, ucapan selamat ulang tahun itu masih saja dialamatkan padanya. Maklum saja, dia boleh dibilang sebagai "panutan" dalam kelompoknya. Masih muda, cantik, sukses dan kaya... So, mencari teman bukanlah persoalan sulit baginya.

Dari sekian banyak ucapan selamat ulang tahun yang diterimanya, 75 % di antaranya juga menanyakan kapan dia akan merayakan hari istimewa itu. Merayakan disini berarti adalah mengundang mereka untuk pesta (baca : makan-makan secara gratis). Sebenarnya kalau semua permintaan teman-remannya itu dituruti, bisa-bisa menguras semua uang belanja bulanannya.


Akhirnya, setelah dipertimbangkan masak-masak, dia memutuskan untuk merayakan ulang tahunnya sebanyak 3 kali. Yang pertama tentu saja dengan keluarganya (orangtua, suami dan anak-anaknya). Dan itu dilakukannya bertepatan dengan tanggal kelahirannya, yaitu dua hari yang lalu. Bersama mereka makan malam di suatu resto yang ada di hotel berbintang yang menjadi langganan keluarganya.

Dan selanjutnya, siang kemarin adalah acara perayaan yang kedua. Bersama sekelompok wanita temannya main tenis, mereka makan siang di sebuah mall yang dekat dengan kantornya. Dan seperti biasa jika berkumpul bersama dengan teman-teman tenisnya ~yang semuanya wanita~ acara jadi sangat meriah dan seru karena canda dan tawa tiada hentinya.

Nah... yang terakhir adalah kemarin malam. Kali ini dia mengajak mantan teman-teman SMA-nya untuk berkumpul bersama di sebuah coffe room di sebuah hotel yang ada di kotanya. Acaranya yang dimulai pukul 21.30 WIB itu direncanakan akan berakhir pada pukul 24.00 WIB.

Ternyata, banyak juga mantan teman-teman SMA-nya yang datang. Di antara sekian banyak yang datang, mayoritas adalah teman-temannya yang laki-laki. Sementara teman wanitanya yang bisa datang malam itu hanya 5 orang. Tapi itu tak mengurangi kebahagiaannya karena semua temannya yang hadir berusaha untuk memberikan kebahagiaan untuknya.

Canda dan tawa kembali menghiasi harinya. Bernyanyi dan berkaraoke bersama mantan teman-teman SMA-nya benar-benar membuat senyum tak beranjak dari wajahnya. Gembira dan bahagia.... hingga akhirnya waktu jualah yang menghentikan semuanya. Tepat pukul 00.30 WIB akhirnya perayaan itu selesai dan meninggalkan kesan yang mendalam bukan saja baginya, tapi bagi teman-temannya.


*****

Itulah sekelumit cerita tentang perayaan sebuah hari ulang tahun. Walaupun menyisakan kenangan indah dan kebahagiaan, tak urung sempat membuatku mengeryitkan dahi, yaitu tentang perayaan yang digelarnya dengan mantan teman-teman SMA-nya. Ada beberapa bagian yang tak aku pahami, tapi mungkin itu terjadi karena adanya perbedaan persepsi.

Aku tak paham, mengapa untuk perayaan sebuah ulang tahun harus dirayakan dengan 'kemeriahan' seperti itu. Ya... ya..., aku tahu bahwa merayakan ulang tahun memang hak masing-masing orang. Setiap orang memang berhak untuk meraih bahagia dengan caranya sendiri, apalagi dengan menggunakan uangnya pribadi. Tak akan ada yang berani protes, bukan ?

Tapi tahukah dia, bahwa saat undangan perayaan ulang tahun dibagikan, ada seorang temannya yang tak bisa datang ? Dan alasan ketidakhadirannya adalah karena pemilihan waktu yang tidak tepat. Karena pada jam-jam selarut itu seorang istri kurang pas jika pergi dari rumah dan meninggalkan keluarga hanya untuk 'berhura-hura' ?

Tahukah dia, bahwa ada seseorang lagi tak datang ? Kali ini alasannya adalah lokasi perayaan ulang tahun yang kurang tepat. Jika perayaan ulang tahun itu dirayakan di rumahnya, maka mungkin saja seseorang ini akan tetap memaksakan diri untuk hadir (bagaimanapun mereka cukup akrab sewaktu SMA dulu). Tapi karena dirayakan di sebuah coffe room sebuah hotel, maka dia merasa tak pantas untuk datang. Maklum saja, sehari-hari dia adalah pedagang kaki lima, yang untuk mencukupi makan keluarganya saja sudah kewalahan, apalagi untuk membeli sebuah baju yang pantas untuk dipakai di hotel. Baginya, bisa makan 3 kali sehari saja sudah suatu kemewahan... tapi bersenang-senang di sebuah hotel tak pernah terbayangkan olehnya.

Tahukah dia, bahwa ada seseorang yang mengelus dada ? Di saat sekian banyak orang kesulitan mempertahankan hidupnya, ada sekelompok orang yang berpesta dan bergembira ria untuk menyambut perayaan ulang tahun. Apakah mereka lupa, bahwa mungkin saja sisa-sisa makanan pesta mereka merupakan 'berkah' bagi pengemis yang mengorek-ngorek tong sampah ?

Apakah mereka lupa, ada banyak anak di luar sana yang menangis putus asa ? Mereka tak mampu melanjutkan sekolahnya, meskipun uang sekolah mereka yang hanya beberapa lembar uang ribuan saja tak mampu mereka bayarkan. Ironis sekali rasanya.

Apakah mereka lupa, bahwa mereka tengah merayakan dengan gembira berkurangnya waktu yang diberikan-NYA untuk hidup di dunia ?

Andai saja perayaan ulang tahunnya tak meninggalkan sedih dan cemburu di hati orang lain.

Andai saja dia tak mengutamakan perayaan yang berwujud pesta, mungkin akan lebih banyak orang yang ikut bahagia bersamanya.

Andai saja, dia mampu merayakan ulang tahunnya dengan lebih bijaksana. Andai saja perayaan ulang tahunnya dirayakan dengan sederhana dan tak berlebihan. Jika itu terjadi, aku akan semakin mengaguminya sebagai wanita muda yang cantik, sukses, kaya dan... berhati bidadari.

Andai saja....


Senin, 25 Januari 2010

Bingung

Malam ini aku bingung kawan. Penyebabnya bukanlah masalah yang rumit bin berat. Bukan pula masalah yang sulit dicari jalan pemecahannya. Sebenarnya masalahnya hanya sederhana saja, hanya memilih satu di antara dua. Tapi entah mengapa sempat membuatku bingung menentukan pilihan.

Jika saja aku tak harus memilih salah satu diantaranya. Jika saja aku dapat memilih dua-duanya. Namun sayangnya, aku tak punya banyak waktu untuk mengambil dua-duanya. Jadi mau tak mau, aku harus memilih satu diantaranya. Ikut bingung..? Janganlah kawan, cukup aku saja yang bingung, dan kalian cukup mendengarkan celotehku ini saja. Supaya aku dapat menuntaskan kebingunganku ini.

Ingin tahukah apa yang membuatku bingung malam ini ? Oke, agar tak membuat kalian semakin bingung maka aku akan segera menjelaskannya. Dua hal yang sempat membuatku bingung menentukan pilihan adalah : blogwalking atau posting..! *gubraakk*

Maaf kawan, aku tak bermaksud mengagetkanmu, tak juga bermaksud membuatmu mentertawakanku. Tapi sungguh, pada mulanya aku tak tahu harus memilih mana diantara kedua pilihan itu. Sebenarnya aku ingin sekali blogwalking, apalagi kulihat di blogroll-ku banyak postingan terbaru dari kalian semua. Aku ingin segera membacanya. Namun, sayang sekali waktuku tak lama. Sehingga jika pun aku bisa blogwalking, pasti hanya beberapa blog saja yang sempat aku kunjungi.

Tapi di dalam hatiku ada keinginan besar untuk meng-update blog ini. Aku ingin sekali menulis malam ini. Entah mengapa hasrat menulis itu begitu besar malam ini. Hanya saja aku terbentur pada satu masalah : aku tak tahu aku akan nulis apa...! *gubraaakk*

Maaf..maaf kawan, aku tak bermaksud mengagetkanmu lagi. Anggap saja aku yang aneh malam ini. Ingin menulis tapi tak punya ide, ingin blogwalking tapi tak punya banyak waktu. Akhirnya... setelah sekian lama termangu aku berhasil juga mengambil sebuah pilihan jitu : aku akan menjalani keduanya...! *nyengir mode on*

Jadinya ya seperti ini, tulisan ini tidak penting sama sekali. Hanya untuk memuaskan hasrat menulis 'sesuatu' disini. Dan... blogwalking pun hanya bisa sekilas kujalani. Hanya sempat mengetuk beberapa rumah saja ~apakah rumah-mu tadi telah terketuk olehku, kawan ?~ yang bisa aku kunjungi malam ini.

Dan sekarang, aku bisa tersenyum... karena aku sudah menuntaskan kedua hasratku malam ini. Akhirnya, aku tak harus memilih karena keduanya dapat kujalani. Semoga saja setelah membaca tulisan tak penting ini, aku tak malah membuat kalian bingung. *meminta maaf*

Catatan
"sesuatu" yang dapat diambil dari celoteh asal di atas adalah ~kurang lebih~ sebagai berikut :
  • Janganlah serakah dan menginginkan semuanya, karena seringkali kita diharuskan memilih salah satu diantara sekian banyak pilihan.
  • Jika sudah menentukan pilihan, harus konsekuen menjalankannya apapun resikonya.
  • Jangan memaksakan diri untuk melakukan sesuatu jika situasi dan kondisi tidak memungkinkan karena hasilnya tak akan sempurna.
  • Ambillah keputusan dengan bijaksana setelah mempertimbangkan segala sesuatu yang berkaitan dengannya.

Apakah ada tambahan lagi catatan darimu kawan untuk menambahkan "sesuatu" atas hasil celoteh yang tak penting di atas...? *berharap semoga postingan ini tidak semakin aneh*

Bingung

Malam ini aku bingung kawan. Penyebabnya bukanlah masalah yang rumit bin berat. Bukan pula masalah yang sulit dicari jalan pemecahannya. Sebenarnya masalahnya hanya sederhana saja, hanya memilih satu di antara dua. Tapi entah mengapa sempat membuatku bingung menentukan pilihan.

Jika saja aku tak harus memilih salah satu diantaranya. Jika saja aku dapat memilih dua-duanya. Namun sayangnya, aku tak punya banyak waktu untuk mengambil dua-duanya. Jadi mau tak mau, aku harus memilih satu diantaranya. Ikut bingung..? Janganlah kawan, cukup aku saja yang bingung, dan kalian cukup mendengarkan celotehku ini saja. Supaya aku dapat menuntaskan kebingunganku ini.

Ingin tahukah apa yang membuatku bingung malam ini ? Oke, agar tak membuat kalian semakin bingung maka aku akan segera menjelaskannya. Dua hal yang sempat membuatku bingung menentukan pilihan adalah : blogwalking atau posting..! *gubraakk*

Maaf kawan, aku tak bermaksud mengagetkanmu, tak juga bermaksud membuatmu mentertawakanku. Tapi sungguh, pada mulanya aku tak tahu harus memilih mana diantara kedua pilihan itu. Sebenarnya aku ingin sekali blogwalking, apalagi kulihat di blogroll-ku banyak postingan terbaru dari kalian semua. Aku ingin segera membacanya. Namun, sayang sekali waktuku tak lama. Sehingga jika pun aku bisa blogwalking, pasti hanya beberapa blog saja yang sempat aku kunjungi.

Tapi di dalam hatiku ada keinginan besar untuk meng-update blog ini. Aku ingin sekali menulis malam ini. Entah mengapa hasrat menulis itu begitu besar malam ini. Hanya saja aku terbentur pada satu masalah : aku tak tahu aku akan nulis apa...! *gubraaakk*

Maaf..maaf kawan, aku tak bermaksud mengagetkanmu lagi. Anggap saja aku yang aneh malam ini. Ingin menulis tapi tak punya ide, ingin blogwalking tapi tak punya banyak waktu. Akhirnya... setelah sekian lama termangu aku berhasil juga mengambil sebuah pilihan jitu : aku akan menjalani keduanya...! *nyengir mode on*

Jadinya ya seperti ini, tulisan ini tidak penting sama sekali. Hanya untuk memuaskan hasrat menulis 'sesuatu' disini. Dan... blogwalking pun hanya bisa sekilas kujalani. Hanya sempat mengetuk beberapa rumah saja ~apakah rumah-mu tadi telah terketuk olehku, kawan ?~ yang bisa aku kunjungi malam ini.

Dan sekarang, aku bisa tersenyum... karena aku sudah menuntaskan kedua hasratku malam ini. Akhirnya, aku tak harus memilih karena keduanya dapat kujalani. Semoga saja setelah membaca tulisan tak penting ini, aku tak malah membuat kalian bingung. *meminta maaf*

Catatan
"sesuatu" yang dapat diambil dari celoteh asal di atas adalah ~kurang lebih~ sebagai berikut :
  • Janganlah serakah dan menginginkan semuanya, karena seringkali kita diharuskan memilih salah satu diantara sekian banyak pilihan.
  • Jika sudah menentukan pilihan, harus konsekuen menjalankannya apapun resikonya.
  • Jangan memaksakan diri untuk melakukan sesuatu jika situasi dan kondisi tidak memungkinkan karena hasilnya tak akan sempurna.
  • Ambillah keputusan dengan bijaksana setelah mempertimbangkan segala sesuatu yang berkaitan dengannya.

Apakah ada tambahan lagi catatan darimu kawan untuk menambahkan "sesuatu" atas hasil celoteh yang tak penting di atas...? *berharap semoga postingan ini tidak semakin aneh*

Minggu, 24 Januari 2010

Perempuan dan permasalahannya


Buku Perempuan Kedua yang ditulis oleh Labibah Zain terdiri dari kumpulan 13 cerita pendek. Semuanya berkisah tentang perempuan dan segala permasalahannya termasuk bencana alam yang pernah melanda Indonesia. Permasalahan yang bisa terjadi pada siapa saja. Permasalahan yang terjadi di sekitar kita. Permasalahan seringkali kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Dan... sebagai bagian dari komunitas perempuan, sang penulis memiliki kemampuan untuk menyuarakan isi hati dan pikiran sesamanya.

Secara keseluruhan, ada perasaan trenyuh setelah aku menyelesaikan buku tersebut. Buku yang mengusung beragam ide yang sarat dengan kepahitan hidup itu telah berhasil mengaduk-aduk emosiku. Ada rasa marah, sedih, gemas, kecewa, nelangsa dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya, inilah detil karyanya :

  1. Aina : Aina adalah seorang wanita yang menderita akibat karena dengan terpaksa mengikuti adat yang dianut oleh para keturunan Arab, meskipun dia memiliki cinta yang lain.
  2. Perempuan Kedua : menceritakan tentang dua orang perempuan, yang satu adalah perempuan yang hendak diduakan cintanya dan yang kedua adalah perempuan yang akan dijadikan perempuan kedua.
  3. Sepotong Wajah : adalah sepotong wajah yang hadir karena gelora cinta pertama yang tak pernah padam, meskipun telah menikah dengan lelaki pilihan orang tua.
  4. Fragmen Musim Gugur : meskipun cinta menggelora di dada, namun sang tokoh tak sampai hati merebut cinta seorang suami dari istrinya.
  5. Perempuan Pencari Dada Ibu : kekecewaan atas ambruknya rumah tangga yang dibina telah membuatnya mencari oase di padang tandus pelacuran, dan berakhir pada kisah cinta sejenis.
  6. Celana Dalam : seorang istri telah berulang kali secara misterius kehilangan barang paling pribadi miliknya, yaitu celana dalam. Dalam kondisi seperti ini, mistik dan takhayul sangat mempengaruhi dan dipercaya sebagai kunci jawabannya.
  7. Kamar Berlumut : sebuah penggambaran kegetiran rumah tangga yang dipenuhi dengan tiadanya keterbukaan dan kejujuran. Pemberontakan yang coba dilakukan sang istri berakhir pada penderitaan batin yang tiada akhir.
  8. Layli : dia adalah seorang wanita yang lebih sukses dalam karier dibandingkan sang suami, namun segala pengorbanan yang telah dilakukannya untuk sang suami ternyata tidak dihargai sama sekali.
  9. Mak'e : kehidupan Mak'e dan anak gadisnya dipenuhi prasangka dari para tetangga. Meskipun selalu hidup dalam kemiskinan, tapi Mak'e tetap yakin suatu saat suaminya (seorang WNA) akan datang kembali.
  10. Perempuan Cahaya : adalah julukan yang tepat untuk seorang Arum, yang telah menjadi korban tsunami bersama kedua anaknya. Rasa cintanya pada sang suami tetap dibawa meskipun telah berada di 'dunia lain'.
  11. Rumah di Seberang Kuburan : bencana dahsyat telah merontokkan rumah yang dibangun dengan susah payah oleh sebuah keluarga dan menyisakan hutang yang berkepanjangan dan berbau kematian.
  12. Awan Menangkap Rembulan : kisah pilu seorang anak mantan juragan batik yang jatuh miskin dan akhirnya memilih hidup menjadi seorang TKW.
  13. Hari Ini Ada yang Mati Lagi : Pipin tak pernah menyangka jika kemiskinan keluarganya telah merenggut kebahagiaan sekaligus kehidupan adik yang sangat dicintainya.
Yah.., seperti itulah beberapa gambaran permasalahan perempuan. Seorang perempuan bisa tangguh, rapuh, setia namun bisa juga memberontak. Perempuan tak hanya pusing memikirkan anak dan suaminya saja, tapi juga dibuat pusing oleh biaya pendidikan yang tinggi, meroketnya harga BBM, tingginya bunga pinjaman bahkan sampai pada kesetaraan gender.

Penulis : Labibah Zain
Penerbit : Jalasutra
Kategori : Sastra
Th. Penerbitan : Agustus 2008
Tebal halaman : 127 halaman
Cover : Soft Cover
Harga : Rp. 15.000,- (diskon)

Perempuan dan permasalahannya


Buku Perempuan Kedua yang ditulis oleh Labibah Zain terdiri dari kumpulan 13 cerita pendek. Semuanya berkisah tentang perempuan dan segala permasalahannya termasuk bencana alam yang pernah melanda Indonesia. Permasalahan yang bisa terjadi pada siapa saja. Permasalahan yang terjadi di sekitar kita. Permasalahan seringkali kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Dan... sebagai bagian dari komunitas perempuan, sang penulis memiliki kemampuan untuk menyuarakan isi hati dan pikiran sesamanya.

Secara keseluruhan, ada perasaan trenyuh setelah aku menyelesaikan buku tersebut. Buku yang mengusung beragam ide yang sarat dengan kepahitan hidup itu telah berhasil mengaduk-aduk emosiku. Ada rasa marah, sedih, gemas, kecewa, nelangsa dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya, inilah detil karyanya :

  1. Aina : Aina adalah seorang wanita yang menderita akibat karena dengan terpaksa mengikuti adat yang dianut oleh para keturunan Arab, meskipun dia memiliki cinta yang lain.
  2. Perempuan Kedua : menceritakan tentang dua orang perempuan, yang satu adalah perempuan yang hendak diduakan cintanya dan yang kedua adalah perempuan yang akan dijadikan perempuan kedua.
  3. Sepotong Wajah : adalah sepotong wajah yang hadir karena gelora cinta pertama yang tak pernah padam, meskipun telah menikah dengan lelaki pilihan orang tua.
  4. Fragmen Musim Gugur : meskipun cinta menggelora di dada, namun sang tokoh tak sampai hati merebut cinta seorang suami dari istrinya.
  5. Perempuan Pencari Dada Ibu : kekecewaan atas ambruknya rumah tangga yang dibina telah membuatnya mencari oase di padang tandus pelacuran, dan berakhir pada kisah cinta sejenis.
  6. Celana Dalam : seorang istri telah berulang kali secara misterius kehilangan barang paling pribadi miliknya, yaitu celana dalam. Dalam kondisi seperti ini, mistik dan takhayul sangat mempengaruhi dan dipercaya sebagai kunci jawabannya.
  7. Kamar Berlumut : sebuah penggambaran kegetiran rumah tangga yang dipenuhi dengan tiadanya keterbukaan dan kejujuran. Pemberontakan yang coba dilakukan sang istri berakhir pada penderitaan batin yang tiada akhir.
  8. Layli : dia adalah seorang wanita yang lebih sukses dalam karier dibandingkan sang suami, namun segala pengorbanan yang telah dilakukannya untuk sang suami ternyata tidak dihargai sama sekali.
  9. Mak'e : kehidupan Mak'e dan anak gadisnya dipenuhi prasangka dari para tetangga. Meskipun selalu hidup dalam kemiskinan, tapi Mak'e tetap yakin suatu saat suaminya (seorang WNA) akan datang kembali.
  10. Perempuan Cahaya : adalah julukan yang tepat untuk seorang Arum, yang telah menjadi korban tsunami bersama kedua anaknya. Rasa cintanya pada sang suami tetap dibawa meskipun telah berada di 'dunia lain'.
  11. Rumah di Seberang Kuburan : bencana dahsyat telah merontokkan rumah yang dibangun dengan susah payah oleh sebuah keluarga dan menyisakan hutang yang berkepanjangan dan berbau kematian.
  12. Awan Menangkap Rembulan : kisah pilu seorang anak mantan juragan batik yang jatuh miskin dan akhirnya memilih hidup menjadi seorang TKW.
  13. Hari Ini Ada yang Mati Lagi : Pipin tak pernah menyangka jika kemiskinan keluarganya telah merenggut kebahagiaan sekaligus kehidupan adik yang sangat dicintainya.
Yah.., seperti itulah beberapa gambaran permasalahan perempuan. Seorang perempuan bisa tangguh, rapuh, setia namun bisa juga memberontak. Perempuan tak hanya pusing memikirkan anak dan suaminya saja, tapi juga dibuat pusing oleh biaya pendidikan yang tinggi, meroketnya harga BBM, tingginya bunga pinjaman bahkan sampai pada kesetaraan gender.

Penulis : Labibah Zain
Penerbit : Jalasutra
Kategori : Sastra
Th. Penerbitan : Agustus 2008
Tebal halaman : 127 halaman
Cover : Soft Cover
Harga : Rp. 15.000,- (diskon)

Sabtu, 23 Januari 2010

Kenyamanan orang lain

Kita semua adalah makhluk sosial yang akan selalu berhubungan dengan orang lain. Kita tak bisa hidup sendiri, seolah-olah dunia ini milik pribadi. Agar hubungan kita dengan orang lain dapat berjalan baik tentu saja kita harus pandai-pandai menjaga sikap. Jika kita menyadari hal itu, pasti kita akan berusaha ber-toleransi dan "tepo seliro". Tujuannya ya agar kenyamanan orang lain tak terganggu. Bukankah kita juga tak ingin kenyamanan kita diganggu orang lain ?

Masalahnya adalah seringkali orang lupa bahwa dia tidak hidup sendiri. Mungkin ada yang lupa bahwa keberadaannya seringkali mempengaruhi orang lain. Atas nama lupa itulah, orang terkadang bersikap sesuka hatinya, seolah-olah hal itu tak ada pengaruhnya bagi orang lain. Kalau yang diperbuatnya tidak mengganggu sih tidak mengapa, tapi bagaimana jika ternyata perbuatannya merusak kenyamanan orang lain ?

Hal seperti itulah yang aku alami siang tadi. Ceritanya, aku mengajak Shasa (berdua saja, kan suami masih diklat di luar kota) untuk nonton Film Sang Pemimpi. Sebenarnya sejak tanggal 20 Januari 2010 yang lalu, Film Sang Pemimpi baru di putar di satu-satunya bioskop yang ada di Madiun, Timbul Jaya Cinema. Shasa sudah berpesan jauh-jauh hari agar aku tak lupa mengajaknya nonton film itu jika sudah hadir di Madiun. Nah, daripada Sabtu ini aku dan Shasa bengong berdua di rumah, akhirnya aku mengajaknya nonton. Shasa tentu saja menyambutnya dengan suka cita.

Sebenarnya aku menikmati banget film itu, hanya saja aku merasa tak nyaman selama menontonnya. Ada tiga kejadian yang sempat membuatku jengkel. Satu kejadian saja sudah membuatku terganggu, ini bahkan sampai tiga kali. Jadi ya maklum saja kalau aku jadi jengkel, dan kenyamananku terganggu karenanya.

Gangguan pertama adalah saat film sudah diputar, masih saja ada yang datang terlambat. Aku paling tidak suka jika ada orang datang terlambat jika niatnya nonton film. Apa mereka tidak tahu bahwa cahaya yang masuk waktu pintu terbuka sudah merupakan gangguan ? Apalagi ditambah dengan suara-suara langkah kaki mereka saat memasuki gedung sangat berisik (maklum saja, lantainya berlapis kayu..!). Tentu saja, konsentrasi sempat terganggu karenanya. Sayangnya, yang datang terlambat bukan hanya serombongan orang saja, tapi sampai ada 3 rombongan yang terlambat.

Gangguan kedua adalah saat salah satu rombongan yang masuk (terdiri dari 3 orang) menggeser tempat duduk-ku! Aku heran sekali dengan petugas yang memandu rombongan ini mencari tempat duduk. Bukannya menyuruh orang-orang itu duduk di kursi sesuai dengan yang tercantum di tiketnya, malah mencarikan tempat di dekat jalan masuk (biar gampang). Kebetulan, deretan kursi yang aku duduki tinggal tersisa dua kursi di pojok. Untuk dapat duduk disana, memang harus melewati banyak orang. Nah, harusnya orang yang baru datang tadi duduk di kursi kosong itu.

Tapi petugas-nya emang aneh. Dia malah menyuruh 2 orang dari mereka duduk di deretan kursi di belakangku yang kebetulan bersisa dua kursi kosong di dekat jalan masuk. Sementara yang seorang lagi diminta untuk duduk di deretan kursi di depannya (deretan kursiku). Dan untuk itu si petugas meminta agar orang-orang yang duduk di deretan kursiku bergeser satu kursi. Awalnya aku dan pasangan yang duduk di sebelahku tak bergerak. Aku sendiri malas pindah karena dari awal aku sengaja beli tempat duduk tepat di tengah. Kalau aku bergeser duduk, berarti posisiku tidak tepat di tengah lagi.

Foto: bioskop-kecil.web.id

Namun rupanya petugas itu memang menyebalkan, dia tetap saja gigih meminta kami bergeser satu kursi. Akhirnya, daripada kenyamanan orang lain terganggu karena kami ngotot mempertahankan kursi itu, maka orang-orang yang duduk di deretan kursi kami bergeser satu kursi. Aku jadi mikir, bagaimana ya perasaan orang yang dapat tempat duduk dengan cara 'menggusur' orang lain seperti itu ? Kalau aku, pasti merasa tak enak sekali dan selama nonton film tak bisa menikmati karena dihinggapi perasaan tak nyaman.

Gangguan ketiga (dan paling parah) datang dari serombongan anak-anak muda (sepertinya mereka masih SMP). Kebetulan mereka datang terlambat juga dan mereka mendapatkan tempat duduk di pojok kiri paling depan. Tiga deret kursi terdepan dipenuhi rombongan anak-anak itu. Tapi ada juga beberapa dari mereka yang duduknya di 5 deretan kursi di depanku.

Anak-anak itu mungkin dari awal tidak niat nonton film, karena selama pemutaran film tersebut mereka ribut sendiri. Mereka sibuk bercanda dan menghentak-hentakkan kaki di lantai gedung yang terbuat dari kayu itu. Terbayang kan bagaimana gaduhnya ? Penonton yang lain tentu saja menjadi terganggu dan seringkali berguman : "Sttt...!" setiap kali mereka bercandanya keterlaluan. Bahkan ada yang berteriak meminta mereka diam, namun dasar mereka saja yang tidak merasa sungkan. Mereka bukan lantas diam, tapi tetap saja ramai.

Yang lebih menyebalkan mereka bukan hanya berbuat keributan dengan mulut mereka saja, tapi mereka juga beraksi. Anak-anak yang duduk di kursi pojok itu entah kenapa tiba-tiba berlari bolak balik menuju temannya yang duduk di 5 deretan kursi di depanku. Kemudian tiba-tiba botol bekas minuman melayang di antara deretan kursi-kursi itu.

Terus terang gangguan terakhir itulah yang paling mengganggu dan menjengkelkan. Padahal jelas-jelas penonton yang lain sudah menunjukkan rasa tidak suka mereka, tapi mereka tetap cuek saja. Atas kejadian itu, dalam otakku timbul banyak pertanyaan :
  • Ada apa generasi muda kita, sehingga untuk menghargai orang lain pun mereka tak bisa ?
  • Apakah mereka menganggap jika mereka sudah secara legal dan sah (dengan membeli tiket) masuk ke gedung itu, maka mereka berhak berbuat semau mereka ?
  • Apakah mereka tak pernah lagi diajar tentang etika di tempat umum ?
  • Apakah mengganggu kenyamanan orang lain bagi mereka suatu lelucon ?
  • Apakah tak ada lagi kenyamanan bagi seseorang jika berada di tempat umum ?
  • Atau... apakah aku yang terlalu berlebihan menghadapi kejadian ini ?
    Kalau pertanyaan yang terakhir adalah jawabannya, maka aku perlu belajar kembali untuk lebih ber-"toleransi" terhadap orang lain. Apakah betul begitu ?

    Kenyamanan orang lain

    Kita semua adalah makhluk sosial yang akan selalu berhubungan dengan orang lain. Kita tak bisa hidup sendiri, seolah-olah dunia ini milik pribadi. Agar hubungan kita dengan orang lain dapat berjalan baik tentu saja kita harus pandai-pandai menjaga sikap. Jika kita menyadari hal itu, pasti kita akan berusaha ber-toleransi dan "tepo seliro". Tujuannya ya agar kenyamanan orang lain tak terganggu. Bukankah kita juga tak ingin kenyamanan kita diganggu orang lain ?

    Masalahnya adalah seringkali orang lupa bahwa dia tidak hidup sendiri. Mungkin ada yang lupa bahwa keberadaannya seringkali mempengaruhi orang lain. Atas nama lupa itulah, orang terkadang bersikap sesuka hatinya, seolah-olah hal itu tak ada pengaruhnya bagi orang lain. Kalau yang diperbuatnya tidak mengganggu sih tidak mengapa, tapi bagaimana jika ternyata perbuatannya merusak kenyamanan orang lain ?

    Hal seperti itulah yang aku alami siang tadi. Ceritanya, aku mengajak Shasa (berdua saja, kan suami masih diklat di luar kota) untuk nonton Film Sang Pemimpi. Sebenarnya sejak tanggal 20 Januari 2010 yang lalu, Film Sang Pemimpi baru di putar di satu-satunya bioskop yang ada di Madiun, Timbul Jaya Cinema. Shasa sudah berpesan jauh-jauh hari agar aku tak lupa mengajaknya nonton film itu jika sudah hadir di Madiun. Nah, daripada Sabtu ini aku dan Shasa bengong berdua di rumah, akhirnya aku mengajaknya nonton. Shasa tentu saja menyambutnya dengan suka cita.

    Sebenarnya aku menikmati banget film itu, hanya saja aku merasa tak nyaman selama menontonnya. Ada tiga kejadian yang sempat membuatku jengkel. Satu kejadian saja sudah membuatku terganggu, ini bahkan sampai tiga kali. Jadi ya maklum saja kalau aku jadi jengkel, dan kenyamananku terganggu karenanya.

    Gangguan pertama adalah saat film sudah diputar, masih saja ada yang datang terlambat. Aku paling tidak suka jika ada orang datang terlambat jika niatnya nonton film. Apa mereka tidak tahu bahwa cahaya yang masuk waktu pintu terbuka sudah merupakan gangguan ? Apalagi ditambah dengan suara-suara langkah kaki mereka saat memasuki gedung sangat berisik (maklum saja, lantainya berlapis kayu..!). Tentu saja, konsentrasi sempat terganggu karenanya. Sayangnya, yang datang terlambat bukan hanya serombongan orang saja, tapi sampai ada 3 rombongan yang terlambat.

    Gangguan kedua adalah saat salah satu rombongan yang masuk (terdiri dari 3 orang) menggeser tempat duduk-ku! Aku heran sekali dengan petugas yang memandu rombongan ini mencari tempat duduk. Bukannya menyuruh orang-orang itu duduk di kursi sesuai dengan yang tercantum di tiketnya, malah mencarikan tempat di dekat jalan masuk (biar gampang). Kebetulan, deretan kursi yang aku duduki tinggal tersisa dua kursi di pojok. Untuk dapat duduk disana, memang harus melewati banyak orang. Nah, harusnya orang yang baru datang tadi duduk di kursi kosong itu.

    Tapi petugas-nya emang aneh. Dia malah menyuruh 2 orang dari mereka duduk di deretan kursi di belakangku yang kebetulan bersisa dua kursi kosong di dekat jalan masuk. Sementara yang seorang lagi diminta untuk duduk di deretan kursi di depannya (deretan kursiku). Dan untuk itu si petugas meminta agar orang-orang yang duduk di deretan kursiku bergeser satu kursi. Awalnya aku dan pasangan yang duduk di sebelahku tak bergerak. Aku sendiri malas pindah karena dari awal aku sengaja beli tempat duduk tepat di tengah. Kalau aku bergeser duduk, berarti posisiku tidak tepat di tengah lagi.

    Foto: bioskop-kecil.web.id

    Namun rupanya petugas itu memang menyebalkan, dia tetap saja gigih meminta kami bergeser satu kursi. Akhirnya, daripada kenyamanan orang lain terganggu karena kami ngotot mempertahankan kursi itu, maka orang-orang yang duduk di deretan kursi kami bergeser satu kursi. Aku jadi mikir, bagaimana ya perasaan orang yang dapat tempat duduk dengan cara 'menggusur' orang lain seperti itu ? Kalau aku, pasti merasa tak enak sekali dan selama nonton film tak bisa menikmati karena dihinggapi perasaan tak nyaman.

    Gangguan ketiga (dan paling parah) datang dari serombongan anak-anak muda (sepertinya mereka masih SMP). Kebetulan mereka datang terlambat juga dan mereka mendapatkan tempat duduk di pojok kiri paling depan. Tiga deret kursi terdepan dipenuhi rombongan anak-anak itu. Tapi ada juga beberapa dari mereka yang duduknya di 5 deretan kursi di depanku.

    Anak-anak itu mungkin dari awal tidak niat nonton film, karena selama pemutaran film tersebut mereka ribut sendiri. Mereka sibuk bercanda dan menghentak-hentakkan kaki di lantai gedung yang terbuat dari kayu itu. Terbayang kan bagaimana gaduhnya ? Penonton yang lain tentu saja menjadi terganggu dan seringkali berguman : "Sttt...!" setiap kali mereka bercandanya keterlaluan. Bahkan ada yang berteriak meminta mereka diam, namun dasar mereka saja yang tidak merasa sungkan. Mereka bukan lantas diam, tapi tetap saja ramai.

    Yang lebih menyebalkan mereka bukan hanya berbuat keributan dengan mulut mereka saja, tapi mereka juga beraksi. Anak-anak yang duduk di kursi pojok itu entah kenapa tiba-tiba berlari bolak balik menuju temannya yang duduk di 5 deretan kursi di depanku. Kemudian tiba-tiba botol bekas minuman melayang di antara deretan kursi-kursi itu.

    Terus terang gangguan terakhir itulah yang paling mengganggu dan menjengkelkan. Padahal jelas-jelas penonton yang lain sudah menunjukkan rasa tidak suka mereka, tapi mereka tetap cuek saja. Atas kejadian itu, dalam otakku timbul banyak pertanyaan :
    • Ada apa generasi muda kita, sehingga untuk menghargai orang lain pun mereka tak bisa ?
    • Apakah mereka menganggap jika mereka sudah secara legal dan sah (dengan membeli tiket) masuk ke gedung itu, maka mereka berhak berbuat semau mereka ?
    • Apakah mereka tak pernah lagi diajar tentang etika di tempat umum ?
    • Apakah mengganggu kenyamanan orang lain bagi mereka suatu lelucon ?
    • Apakah tak ada lagi kenyamanan bagi seseorang jika berada di tempat umum ?
    • Atau... apakah aku yang terlalu berlebihan menghadapi kejadian ini ?
      Kalau pertanyaan yang terakhir adalah jawabannya, maka aku perlu belajar kembali untuk lebih ber-"toleransi" terhadap orang lain. Apakah betul begitu ?

      Jumat, 22 Januari 2010

      Maaf..., Salah kata

      gambar diambil dari sini

      Aku yakin, diantara kita semua, pasti pernah mengatakan kata-kata yang salah, pada orang yang salah, pada waktu yang salah dan pada tempat yang salah. Aku pernah melakukannya... dan sungguh aku sangat tak enak hati karenanya. Meskipun aku sudah minta maaf dengan bersungguh-sungguh, namun tetap saja rasa tak enak hinggap di hati. Bahkan saat yang bersangkutan sudah memaafkanku.

      Ceritanya bermula saat aku menulis sebuah status di facebook. Sebuah status yang sebenarnya merupakan pertanyaan yang ada di kepalaku. Sedangkan pertanyaan itu tiba-tiba muncul setelah aku membaca sebuah kisah nyata yang sangat menggugah hatiku. Pertanyaan yang muncul dari rasa penasaran apakah aku sanggup menjalani kehidupan seperti kisah nyata tersebut.






      Dari berbagai komentar yang masuk, ada sebuah komentar yang membuatku mengerutkan dahi. Sebuah komentar dari seorang teman baik yang aku kenal lewat dunia maya, kurang lebih setahun yang lalu. Sebagaimana pertemanan lewat dunia maya, aku belum tahu banyak tentangnya. Bahkan aku pun belum pernah berjumpa dengannya. Meski begitu, kami merasa dekat satu sama lain.

      Kembali pada komentar yang ditulisnya, aku tak paham mengapa dia berkomentar seperti itu. Mengetahui aku bingung dengan komentarnya, dia berinisiatif menuliskan pesan di inbox-ku. Lewat inbox itulah, sebuah tabir terkuak. Dijelaskannya bahwa kisah nyata seperti yang aku tuliskan di status-ku itu seperti "menyindir"-nya. Ternyata, kisahnya tak jauh berbeda dengan kisah nyata tersebut.

      Hatiku terasa tertohok. Aku jadi menyesal sekali menuliskan status itu, karena secara tidak langsung telah membuat seseorang merasa tak enak. Lebih tak enak lagi karena seolah aku yang "mengajak" orang untuk membicarakan kisah itu. Meskipun dia tahu bahwa aku tak sengaja melakukan itu, apalagi aku benar-benar tak tahu kondisi-nya. Namun tetap saja, perasaan bersalah dan menyesal menyesakkan dada.

      Aku berkali-kali minta maaf padanya dan dia pun meyakinkan aku bahwa dia tak marah padaku. Dia maklum banget karena aku memang belum tahu apa-apa tentang diri pribadinya. Dia hanya merasa sedih karena sepertinya dia sedang jadi "bahan pembicaraan" secara terbuka di statusku. Untung saja, kami menyadari bahwa semua itu semata karena ketidaksengajaan dan hingga kini pertemanan kami masih terjalin dengan sangat baik.

      Kejadian itu membuatku memetik pelajaran berharga. Meskipun aku tak ada niat untuk menjelekkan atau menyakiti orang lain, ternyata kata-kata yang aku sampaikan telah melakukannya. Meski aku merasa sudah berhati-hati, namun ternyata aku terperosok juga. Sejak itu, aku semakin hati-hati memilih kata-kata. Aku tak ingin terperosok lebih dalam lagi.

      Betapa dahsyatnya sebuah kata. Dia bisa mendatangkan kebahagiaan namun juga dapat membuat seorang sakit hati dan kecewa. Kata-kata bisa melembutkan hati yang keras, namun sebaliknya dapat membuat sebuah hati yang lembut menjadi kasar.

      Maaf..., Salah kata

      gambar diambil dari sini

      Aku yakin, diantara kita semua, pasti pernah mengatakan kata-kata yang salah, pada orang yang salah, pada waktu yang salah dan pada tempat yang salah. Aku pernah melakukannya... dan sungguh aku sangat tak enak hati karenanya. Meskipun aku sudah minta maaf dengan bersungguh-sungguh, namun tetap saja rasa tak enak hinggap di hati. Bahkan saat yang bersangkutan sudah memaafkanku.

      Ceritanya bermula saat aku menulis sebuah status di facebook. Sebuah status yang sebenarnya merupakan pertanyaan yang ada di kepalaku. Sedangkan pertanyaan itu tiba-tiba muncul setelah aku membaca sebuah kisah nyata yang sangat menggugah hatiku. Pertanyaan yang muncul dari rasa penasaran apakah aku sanggup menjalani kehidupan seperti kisah nyata tersebut.






      Dari berbagai komentar yang masuk, ada sebuah komentar yang membuatku mengerutkan dahi. Sebuah komentar dari seorang teman baik yang aku kenal lewat dunia maya, kurang lebih setahun yang lalu. Sebagaimana pertemanan lewat dunia maya, aku belum tahu banyak tentangnya. Bahkan aku pun belum pernah berjumpa dengannya. Meski begitu, kami merasa dekat satu sama lain.

      Kembali pada komentar yang ditulisnya, aku tak paham mengapa dia berkomentar seperti itu. Mengetahui aku bingung dengan komentarnya, dia berinisiatif menuliskan pesan di inbox-ku. Lewat inbox itulah, sebuah tabir terkuak. Dijelaskannya bahwa kisah nyata seperti yang aku tuliskan di status-ku itu seperti "menyindir"-nya. Ternyata, kisahnya tak jauh berbeda dengan kisah nyata tersebut.

      Hatiku terasa tertohok. Aku jadi menyesal sekali menuliskan status itu, karena secara tidak langsung telah membuat seseorang merasa tak enak. Lebih tak enak lagi karena seolah aku yang "mengajak" orang untuk membicarakan kisah itu. Meskipun dia tahu bahwa aku tak sengaja melakukan itu, apalagi aku benar-benar tak tahu kondisi-nya. Namun tetap saja, perasaan bersalah dan menyesal menyesakkan dada.

      Aku berkali-kali minta maaf padanya dan dia pun meyakinkan aku bahwa dia tak marah padaku. Dia maklum banget karena aku memang belum tahu apa-apa tentang diri pribadinya. Dia hanya merasa sedih karena sepertinya dia sedang jadi "bahan pembicaraan" secara terbuka di statusku. Untung saja, kami menyadari bahwa semua itu semata karena ketidaksengajaan dan hingga kini pertemanan kami masih terjalin dengan sangat baik.

      Kejadian itu membuatku memetik pelajaran berharga. Meskipun aku tak ada niat untuk menjelekkan atau menyakiti orang lain, ternyata kata-kata yang aku sampaikan telah melakukannya. Meski aku merasa sudah berhati-hati, namun ternyata aku terperosok juga. Sejak itu, aku semakin hati-hati memilih kata-kata. Aku tak ingin terperosok lebih dalam lagi.

      Betapa dahsyatnya sebuah kata. Dia bisa mendatangkan kebahagiaan namun juga dapat membuat seorang sakit hati dan kecewa. Kata-kata bisa melembutkan hati yang keras, namun sebaliknya dapat membuat sebuah hati yang lembut menjadi kasar.

      Rabu, 20 Januari 2010

      Ketika kau pergi

      Malam ini
      Ketika sosokmu telah menghilang
      dalam gerbong kereta api
      ada ruang yang menghampa

      Ketika peluit kereta melengking
      Mengucapkan salam perpisahan
      ada kesepian yang menyapa



      Ketika kereta bergerak melaju
      dan meninggalkanku termangu
      selimut kesedihan mampir di hati

      Kekasih
      Dalam tatap nanarku
      keretamu melaju semakin kencang
      membentangkan jarak antara kau dan aku
      semoga tidak dengan hati kita

      Aku masih milikmu
      dan akan tetap menunggu
      meski pilu mendera
      dan rindu makin meraja

      Ya Allah...
      aku titipkan kekasih hatiku
      dalam lindunganMU
      mudahkanlah segala urusannya
      lancarkanlah perjalanannya
      dan ampunilah dosanya

      Ya Allah...
      kabulkanlah doaku
      karna ku tahu
      tak kan ada yang sia-sia
      apapun yang kutitipkan
      pada-MU


      Madiun, 20 Januari 2010 (22.10)


      ***



      Malam ini aku ditinggalkan suami lagi, karena lagi-lagi suamiku ditugaskan untuk mengikuti pelatihan. Pelatihan yang kali ini diadakan di Bekasi akan selesai pada hari Sabtu nanti (23 Januari 2010). Dan... seperti biasa, waktu aku mengantarkan ke Stasiun Kereta Api bersama Shasa, ada rasa yang hilang dan ada ruang yang tiba-tiba hampa.... dalam hatiku.


      Kekasihku... semoga Allah mudahkan kebaikan untukmu di mana pun kamu berada... Amin.

      Ketika kau pergi

      Malam ini
      Ketika sosokmu telah menghilang
      dalam gerbong kereta api
      ada ruang yang menghampa

      Ketika peluit kereta melengking
      Mengucapkan salam perpisahan
      ada kesepian yang menyapa



      Ketika kereta bergerak melaju
      dan meninggalkanku termangu
      selimut kesedihan mampir di hati

      Kekasih
      Dalam tatap nanarku
      keretamu melaju semakin kencang
      membentangkan jarak antara kau dan aku
      semoga tidak dengan hati kita

      Aku masih milikmu
      dan akan tetap menunggu
      meski pilu mendera
      dan rindu makin meraja

      Ya Allah...
      aku titipkan kekasih hatiku
      dalam lindunganMU
      mudahkanlah segala urusannya
      lancarkanlah perjalanannya
      dan ampunilah dosanya

      Ya Allah...
      kabulkanlah doaku
      karna ku tahu
      tak kan ada yang sia-sia
      apapun yang kutitipkan
      pada-MU


      Madiun, 20 Januari 2010 (22.10)


      ***



      Malam ini aku ditinggalkan suami lagi, karena lagi-lagi suamiku ditugaskan untuk mengikuti pelatihan. Pelatihan yang kali ini diadakan di Bekasi akan selesai pada hari Sabtu nanti (23 Januari 2010). Dan... seperti biasa, waktu aku mengantarkan ke Stasiun Kereta Api bersama Shasa, ada rasa yang hilang dan ada ruang yang tiba-tiba hampa.... dalam hatiku.


      Kekasihku... semoga Allah mudahkan kebaikan untukmu di mana pun kamu berada... Amin.

      Selasa, 19 Januari 2010

      Cerita tentang curhat


      Ini cerita tentang curhat teman-teman padaku. Sebenarnya, aku punya beberapa teman ~pria dan wanita~ yang suka curhat padaku tentang beberapa hal dalam hidup mereka. Kebanyakan sih curhat masalah pekerjaan, pertemanan, ada juga yang soal kekasih atau rumah tangganya. Pokoknya tentang apa saja yang membuat hati sumpek dan dada sesak.

      Sejauh ini sih, aku hanya butuh menyediakan telinga untuk mendengarkan. Aku sebenarnya tak terlalu banyak memberikan masukan kepada mereka. Setelah sekian lama, aku tahu bahwa seringkali yang mereka butuhkan bukanlah nasehat, namun hanya telinga yang mau menampung segala keluh kesah mereka. Seringkali mereka sudah merasa sangat lega, setelah berhasil mengeluarkan uneg-uneg mereka.


      Namun di antara semua teman yang suka curhat padaku, ada 3 orang yang istimewa. Satu orang adalah teman wanita yang berdomisili di Jakarta. Sehingga, untuk curhat padaku dia rela menelponku berlama-lama atau mengirimkan banyak SMS. Semuanya hanya untuk curhat, dari yang tak penting sampai yang bikin sesak napas.

      Aku sih maklum saja, karena dia memang hidup sendiri di Jakarta, dan mungkin hanya butuh telinga untuk mendengarkan seluruh kisah hidupnya. Bukannya tak semua orang dapat begitu saja diajak curhat ? Kebetulan aku mengenalnya sudah lama, dan dia sangat percaya padaku, sehingga hal apapun dia curhatkan padaku. Aku sih senang-senang saja membantunya meringankan beban pikirannya.

      Sementara 2 orang lainnya berjenis kelamin pria. Yang satu, setia menceritakan jatuh bangun perjalanan cintanya sampai akhirnya menikah, lengkap dengan aneka macam problematikanya. Sementara yang satu lagi seringkali curhat tentang kisah cintanya yang rumit. Maklum saja, meskipun sudah menjalani kehidupan rumah tangga, dia masih memiliki banyak cinta kepada beberapa wanita. *geleng-geleng kepala*

      Temanku yang terakhir ini kalau sedang curhat sangat terbuka. Curhatnya padaku nyaris tanpa tedeng aling-aling, nyaris tak ada yang disembunyikan. Terkadang kalau ceritanya (menurutku) agak keterlaluan, aku pun tak sungkan-sungkan untuk mencela dan mengkritiknya. Bagusnya, dia bisa menerima celaan dan kritikan dariku dengan senyuman. Bahkan dia bilang agar aku jangan sampai bosan mendengar curhatnya, karena kalau aku sudah bosen mendengarnya, dia tak tahu lagi harus kemana menceritakan segala 'kegilaan'nya itu. Dia yakin, kalau semua itu tak diutarakan pada seseorang, dia bisa gila.... ^_^

      Nah, dari temanku inilah yang telah memberikan banyak "inspirasi" untuk kutuliskan dalam blog ini. Walaupun tentu saja, aku perlu sedikit merubah cerita dan identitasnya agar 'tokoh yang aku ceritakan' itu tidak dikenal oleh teman-temanku yang kebetulan juga membaca tulisanku disini. Tak enak kan, kalau apa yang dipercayakan kepadaku akhirnya diketahui umum juga..?

      Alasan mengapa aku suka menuliskan pengalaman hidup temanku yang telah di-curhat-kan padaku karena aku sering mengambil banyak pelajaran pengalaman hidup mereka itu. Siapa tahu, teman-teman yang lain pun dapat mengambil pelajaran dari pengalaman hidup teman-temanku itu. Karena menurutku, untuk pelajaran hidup dapat diperoleh tanpa kita harus mengalaminya sendiri. Bahkan, seringkali pengalaman hidup orang lain yang memberikan banyak pelajaran hidup bagi kita.

      Apakah benar begitu....?

      Gambar diambil dari sini

      Cerita tentang curhat


      Ini cerita tentang curhat teman-teman padaku. Sebenarnya, aku punya beberapa teman ~pria dan wanita~ yang suka curhat padaku tentang beberapa hal dalam hidup mereka. Kebanyakan sih curhat masalah pekerjaan, pertemanan, ada juga yang soal kekasih atau rumah tangganya. Pokoknya tentang apa saja yang membuat hati sumpek dan dada sesak.

      Sejauh ini sih, aku hanya butuh menyediakan telinga untuk mendengarkan. Aku sebenarnya tak terlalu banyak memberikan masukan kepada mereka. Setelah sekian lama, aku tahu bahwa seringkali yang mereka butuhkan bukanlah nasehat, namun hanya telinga yang mau menampung segala keluh kesah mereka. Seringkali mereka sudah merasa sangat lega, setelah berhasil mengeluarkan uneg-uneg mereka.


      Namun di antara semua teman yang suka curhat padaku, ada 3 orang yang istimewa. Satu orang adalah teman wanita yang berdomisili di Jakarta. Sehingga, untuk curhat padaku dia rela menelponku berlama-lama atau mengirimkan banyak SMS. Semuanya hanya untuk curhat, dari yang tak penting sampai yang bikin sesak napas.

      Aku sih maklum saja, karena dia memang hidup sendiri di Jakarta, dan mungkin hanya butuh telinga untuk mendengarkan seluruh kisah hidupnya. Bukannya tak semua orang dapat begitu saja diajak curhat ? Kebetulan aku mengenalnya sudah lama, dan dia sangat percaya padaku, sehingga hal apapun dia curhatkan padaku. Aku sih senang-senang saja membantunya meringankan beban pikirannya.

      Sementara 2 orang lainnya berjenis kelamin pria. Yang satu, setia menceritakan jatuh bangun perjalanan cintanya sampai akhirnya menikah, lengkap dengan aneka macam problematikanya. Sementara yang satu lagi seringkali curhat tentang kisah cintanya yang rumit. Maklum saja, meskipun sudah menjalani kehidupan rumah tangga, dia masih memiliki banyak cinta kepada beberapa wanita. *geleng-geleng kepala*

      Temanku yang terakhir ini kalau sedang curhat sangat terbuka. Curhatnya padaku nyaris tanpa tedeng aling-aling, nyaris tak ada yang disembunyikan. Terkadang kalau ceritanya (menurutku) agak keterlaluan, aku pun tak sungkan-sungkan untuk mencela dan mengkritiknya. Bagusnya, dia bisa menerima celaan dan kritikan dariku dengan senyuman. Bahkan dia bilang agar aku jangan sampai bosan mendengar curhatnya, karena kalau aku sudah bosen mendengarnya, dia tak tahu lagi harus kemana menceritakan segala 'kegilaan'nya itu. Dia yakin, kalau semua itu tak diutarakan pada seseorang, dia bisa gila.... ^_^

      Nah, dari temanku inilah yang telah memberikan banyak "inspirasi" untuk kutuliskan dalam blog ini. Walaupun tentu saja, aku perlu sedikit merubah cerita dan identitasnya agar 'tokoh yang aku ceritakan' itu tidak dikenal oleh teman-temanku yang kebetulan juga membaca tulisanku disini. Tak enak kan, kalau apa yang dipercayakan kepadaku akhirnya diketahui umum juga..?

      Alasan mengapa aku suka menuliskan pengalaman hidup temanku yang telah di-curhat-kan padaku karena aku sering mengambil banyak pelajaran pengalaman hidup mereka itu. Siapa tahu, teman-teman yang lain pun dapat mengambil pelajaran dari pengalaman hidup teman-temanku itu. Karena menurutku, untuk pelajaran hidup dapat diperoleh tanpa kita harus mengalaminya sendiri. Bahkan, seringkali pengalaman hidup orang lain yang memberikan banyak pelajaran hidup bagi kita.

      Apakah benar begitu....?

      Gambar diambil dari sini

      Senin, 18 Januari 2010

      Menyambut RI 1

      Sebagaimana dijadwalkan, RI 1 pada hari Senin dan Selasa (18 dan 19 Januari 2010) melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Madiun dan Ngawi, Jawa Timur. Serangkaian acara akan diikuti oleh beliau. Selain itu RI 1 dijadwalkan membuka Munas Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) yang diikuti gubernur, bupati serta walikota se-Indonesia. Acara itu digelar di Pendopo Bupati Madiun di Jalan Alun-alun Utara Kota Madiun.

      Karena itulah, Beberapa hari ini Kota Madiun (dan sekitarnya) berbenah. Alun-alun dibenahi dan untuk sementara dibersihkan dari para Pedagang Kaki Lima. Aneka macam spanduk dipajang di sudut-sudut kota. Jalan-jalan yang rusak pun tak lupa diperbaiki. Dan yang pasti pengamanan pun diperketat dengan menyiapkan personel sekitar 6.000 personel gabungan TNI dan Polri yang tersebar di Madiun, Ngawi, dan Magetan. Pengamanan dilakukan baik secara terbuka maupun tertutup.


      Sabtu kemarin Shasa bercerita kalau gurunya memberi tahu bahwa anak-anak kelas 4 dan kelas 5 yang dipilih untuk "menyambut" RI 1 pada hari Selasa 19 Januari 2010. Tapi Shasa tidak tahu maksud dari "menyambut" itu, terus dimana "menyambut"nya dia juga tidak paham. Sehingga kami mengira-ngira kalau RI 1 akan mampir juga ke sekolah Shasa.

      Sementara itu, hari Minggu sore bos-ku mengirimkan SMS bahwa seluruh pegawai diharapkan mengenakan baju Batik Pemkot yang terbaru pada hari Senin, tgl. 18 Januari 2010. Untung saja, perintah yang menyebar lewat SMS itu berhasil juga, karena akhirnya seluruh pegawai Pemkot Madiun mengenakan baju batik khas Pemkot Madiun, meskipun tak jelas mengapa baju itu harus dipakai pada hari Senin. Karena biasanya batik khas Pemkot Madiun hanya dikenakan setiap hari Jum'at.

      Jawaban atas pertanyaan itu baru aku dapatkan pagi tadi. Ternyata, pegawai Pemkot Madiun dengan mengenakan baju batiknya, dikerahkan untuk "menyambut" kedatangan RI 1. Menyambut di sini dalam arti, berdiri di sepanjang jalan yang akan dilalui RI 1 dan kemudian "menyambut"nya ketika beliau lewat... dengan cara melambai-lambaikan bendera kecil.

      Astaga... apa kira-kira RI 1 menghendaki "sambutan" model begini ? Terakhir kali aku melakukan "sambutan" untuk RI 1 seperti ini dulu waktu aku masih duduk di bangku SD. Waktu itu yang "disambut" adalah RI 1 era Orde Baru. Tapi kini..., setelah sekian puluh tahun berlalu, setelah aku menjadi seorang abdi negara... aku melakukannya lagi..! Benar-benar tak terbayangkan sebelumnya.

      Aku jadi berpikir, bahwa mungkin yang dimaksudkan oleh guru Shasa bahwa anak-anak kelas 4 dan kelas 5 dipilih untuk "menyambut" RI 1 dengan cara berdiri di pinggir jalan seperti yang aku lakukan tadi. Padahal bayangan Shasa sebelumnya adalah berdiri berhadapan dengan RI 1 dan memberikan kalungan bunga dan sejenisnya.

      Alhasil, pagi tadi sekitar pukul 09.00 aku dan rombongan teman-teman sekantor berangkat bersama menuju lokasi penyambutan yang telah disediakan. Kantorku kebagian tempat yang panas, sudah begitu menghadap Timur lagi. Wah, bener-bener ini perjuangan "menyambut" RI 1 nih. Sudah begitu, nunggunya lumayan lama juga dan yang akan "disambut" tak juga lewat.

      Setelah sekian lama kepanasan, akhirnya terdengar sirine kendaraan dari kejauhan. Aha... itu dia yang "disambut" datang juga. Segera saja aku dan teman-teman berjajar di sepanjang jalan sambil melambai-lambaikan bendera kecil (hiksss... childish banget ya...?). Di antara banyaknya mobil yang melaju kencang, aku melihat mobil dengan plat nomor Indonesia 1 melaju. Yang tak terduga ... kaca jendela mobil belakang terbuka, dan tampaklah wajah sang RI 1 sedang tersenyum dan melambaikan tangannya.

      Sontak aku dan beberapa wanita yang berjejer disebelahku terpekik kegirangan..! Tak diduga beliau bersedia membuka jendela mobilnya.... Padahal pengalamanku waktu SD dulu, waktu sang RI 1 lewat aku tak tahu di mobil yang mana beliau berada. Maklum saja, semua kaca jendela tertutup rapat dan mobil melaju dengan sangat kencangnya, meninggalkan aku dan teman-teman SDku yang bersemangat melambai-lambaikan bendera.

      Aku yang kepanasan sedang menunggu RI 1 lewat
      (inilah batik khas Pemkot Madiun yang berwarna biru, bagus tidak ?)

      Sementara RI 1 yang baru lewat di depanku tadi malah mempertontonkan senyuman dan lambaian tangan. Lumayan juga untuk mengobati rasa lelah dan panas yang telah aku rasakan untuk "menyambut" beliau. Seneng sih, karena beliau telah menghargai upaya kami "menyambut" meskli harus berjemur di siang hari. Atau jangan-jangan beliau tadi tersenyum karena senang melihat kami mengenakan baju batik Khas Pemkot Madiun yang menarik dengan warna biru ya..?

      Gairah yang terjadi karena senyuman dan lambaian tangan dari RI 1 tadi mau tak mau membuatku tertawa geli. Padahal hanya sekilas saja senyum dan lambaian tangan tadi terlihat, tapi begitu senengnya kami. Aku jadi ingat dengan keponakanku yang di Pacitan yang telah berkesempatan dirangkul oleh Ibu Negara. Meski telah sedemikian dekat dengan RI 1 dan dirangkul Ibu Negara, keponakanku tidak merasa istimewa. Bahkan dia heran karena banyak orang yang mengucapkan selamat padanya. Tapi tadi siang, ibu-ibu sedemikian hebohnya meski hanya melihat sekilas (dan benar-benar hanya sekilas !) senyum dan lambaian tangan dari RI 1 hehehe.

      Saat itu, RI 1 sedang meresmikan rumah pintar di Pacitan dan keponakanku (yang saat itu masih TK kelas B) dtunjuk untuk membacakan surat (dalam bahasa Inggris) dari anak-anak Pacitan untuk sang RI 1. Melihat keberanian dan kepolosan keponakanku, maka RI 1 dan ibu negara malah mengajak keponakanku berdialog dan selanjutnya ibu negara merangkul keponakanku dan bersama membaca surat itu, dengan disaksikan oleh RI 1 yang tersenyum.

      Foto keponakanku yang sedang membawa surat dengan dirangkul oleh Ibu Negara

      Itulah ceritaku hari ini tentang "menyambut" sang RI 1 di Madiun. Entah kapan lagi Kota Madiun akan didatangi oleh orang nomor 1 di negeri ini.

      Menyambut RI 1

      Sebagaimana dijadwalkan, RI 1 pada hari Senin dan Selasa (18 dan 19 Januari 2010) melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Madiun dan Ngawi, Jawa Timur. Serangkaian acara akan diikuti oleh beliau. Selain itu RI 1 dijadwalkan membuka Munas Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) yang diikuti gubernur, bupati serta walikota se-Indonesia. Acara itu digelar di Pendopo Bupati Madiun di Jalan Alun-alun Utara Kota Madiun.

      Karena itulah, Beberapa hari ini Kota Madiun (dan sekitarnya) berbenah. Alun-alun dibenahi dan untuk sementara dibersihkan dari para Pedagang Kaki Lima. Aneka macam spanduk dipajang di sudut-sudut kota. Jalan-jalan yang rusak pun tak lupa diperbaiki. Dan yang pasti pengamanan pun diperketat dengan menyiapkan personel sekitar 6.000 personel gabungan TNI dan Polri yang tersebar di Madiun, Ngawi, dan Magetan. Pengamanan dilakukan baik secara terbuka maupun tertutup.


      Sabtu kemarin Shasa bercerita kalau gurunya memberi tahu bahwa anak-anak kelas 4 dan kelas 5 yang dipilih untuk "menyambut" RI 1 pada hari Selasa 19 Januari 2010. Tapi Shasa tidak tahu maksud dari "menyambut" itu, terus dimana "menyambut"nya dia juga tidak paham. Sehingga kami mengira-ngira kalau RI 1 akan mampir juga ke sekolah Shasa.

      Sementara itu, hari Minggu sore bos-ku mengirimkan SMS bahwa seluruh pegawai diharapkan mengenakan baju Batik Pemkot yang terbaru pada hari Senin, tgl. 18 Januari 2010. Untung saja, perintah yang menyebar lewat SMS itu berhasil juga, karena akhirnya seluruh pegawai Pemkot Madiun mengenakan baju batik khas Pemkot Madiun, meskipun tak jelas mengapa baju itu harus dipakai pada hari Senin. Karena biasanya batik khas Pemkot Madiun hanya dikenakan setiap hari Jum'at.

      Jawaban atas pertanyaan itu baru aku dapatkan pagi tadi. Ternyata, pegawai Pemkot Madiun dengan mengenakan baju batiknya, dikerahkan untuk "menyambut" kedatangan RI 1. Menyambut di sini dalam arti, berdiri di sepanjang jalan yang akan dilalui RI 1 dan kemudian "menyambut"nya ketika beliau lewat... dengan cara melambai-lambaikan bendera kecil.

      Astaga... apa kira-kira RI 1 menghendaki "sambutan" model begini ? Terakhir kali aku melakukan "sambutan" untuk RI 1 seperti ini dulu waktu aku masih duduk di bangku SD. Waktu itu yang "disambut" adalah RI 1 era Orde Baru. Tapi kini..., setelah sekian puluh tahun berlalu, setelah aku menjadi seorang abdi negara... aku melakukannya lagi..! Benar-benar tak terbayangkan sebelumnya.

      Aku jadi berpikir, bahwa mungkin yang dimaksudkan oleh guru Shasa bahwa anak-anak kelas 4 dan kelas 5 dipilih untuk "menyambut" RI 1 dengan cara berdiri di pinggir jalan seperti yang aku lakukan tadi. Padahal bayangan Shasa sebelumnya adalah berdiri berhadapan dengan RI 1 dan memberikan kalungan bunga dan sejenisnya.

      Alhasil, pagi tadi sekitar pukul 09.00 aku dan rombongan teman-teman sekantor berangkat bersama menuju lokasi penyambutan yang telah disediakan. Kantorku kebagian tempat yang panas, sudah begitu menghadap Timur lagi. Wah, bener-bener ini perjuangan "menyambut" RI 1 nih. Sudah begitu, nunggunya lumayan lama juga dan yang akan "disambut" tak juga lewat.

      Setelah sekian lama kepanasan, akhirnya terdengar sirine kendaraan dari kejauhan. Aha... itu dia yang "disambut" datang juga. Segera saja aku dan teman-teman berjajar di sepanjang jalan sambil melambai-lambaikan bendera kecil (hiksss... childish banget ya...?). Di antara banyaknya mobil yang melaju kencang, aku melihat mobil dengan plat nomor Indonesia 1 melaju. Yang tak terduga ... kaca jendela mobil belakang terbuka, dan tampaklah wajah sang RI 1 sedang tersenyum dan melambaikan tangannya.

      Sontak aku dan beberapa wanita yang berjejer disebelahku terpekik kegirangan..! Tak diduga beliau bersedia membuka jendela mobilnya.... Padahal pengalamanku waktu SD dulu, waktu sang RI 1 lewat aku tak tahu di mobil yang mana beliau berada. Maklum saja, semua kaca jendela tertutup rapat dan mobil melaju dengan sangat kencangnya, meninggalkan aku dan teman-teman SDku yang bersemangat melambai-lambaikan bendera.

      Aku yang kepanasan sedang menunggu RI 1 lewat
      (inilah batik khas Pemkot Madiun yang berwarna biru, bagus tidak ?)

      Sementara RI 1 yang baru lewat di depanku tadi malah mempertontonkan senyuman dan lambaian tangan. Lumayan juga untuk mengobati rasa lelah dan panas yang telah aku rasakan untuk "menyambut" beliau. Seneng sih, karena beliau telah menghargai upaya kami "menyambut" meskli harus berjemur di siang hari. Atau jangan-jangan beliau tadi tersenyum karena senang melihat kami mengenakan baju batik Khas Pemkot Madiun yang menarik dengan warna biru ya..?

      Gairah yang terjadi karena senyuman dan lambaian tangan dari RI 1 tadi mau tak mau membuatku tertawa geli. Padahal hanya sekilas saja senyum dan lambaian tangan tadi terlihat, tapi begitu senengnya kami. Aku jadi ingat dengan keponakanku yang di Pacitan yang telah berkesempatan dirangkul oleh Ibu Negara. Meski telah sedemikian dekat dengan RI 1 dan dirangkul Ibu Negara, keponakanku tidak merasa istimewa. Bahkan dia heran karena banyak orang yang mengucapkan selamat padanya. Tapi tadi siang, ibu-ibu sedemikian hebohnya meski hanya melihat sekilas (dan benar-benar hanya sekilas !) senyum dan lambaian tangan dari RI 1 hehehe.

      Saat itu, RI 1 sedang meresmikan rumah pintar di Pacitan dan keponakanku (yang saat itu masih TK kelas B) dtunjuk untuk membacakan surat (dalam bahasa Inggris) dari anak-anak Pacitan untuk sang RI 1. Melihat keberanian dan kepolosan keponakanku, maka RI 1 dan ibu negara malah mengajak keponakanku berdialog dan selanjutnya ibu negara merangkul keponakanku dan bersama membaca surat itu, dengan disaksikan oleh RI 1 yang tersenyum.

      Foto keponakanku yang sedang membawa surat dengan dirangkul oleh Ibu Negara

      Itulah ceritaku hari ini tentang "menyambut" sang RI 1 di Madiun. Entah kapan lagi Kota Madiun akan didatangi oleh orang nomor 1 di negeri ini.