Gambar diambil dari sini
Aku merasa, guru-guruku SD sangat peduli dan perhatian pada murid-muridnya. Aku yang waktu kecil sering sakit amandel, sering kena marah guru-guruku jika aku ketahuan membeli es dan makanan kecil lainnya yang dapat membuat sakit amandelku kambuh. Aku juga pernah membuat masalah 'besar' di sekolah. Saat itu kelas 4 SD, kami sekelas berseteru. Entah mengapa, anak-anak perempuan dan anak-anak laki-laki berseteru. Dan.., untuk kelompok perempuan, akulah yang jadi 'ketua'nya. Perseteruan itu akhirnya diketahui oleh guruku, sehingga aku dan temanku yang jadi 'ketua'nya anak laki-laki (Edy namanya) didamaikan di hadapan teman sekelas. Kalau ingat kejadian itu malu juga... hehehe.
Ada juga kejadian yang menurutku lucu. Selama SD, aku mempunyai sahabat karib yang kebetulan juga tetanggaku, Lelly namanya. Kami sangat dekat, seolah nyaris tak terpisahkan. Bahkan sempat ada anggapan : "dimana ada Reni, disitu ada Lelly". Kedekatan kami sampai ke batin juga lho. Contohnya saja, jika kami hendak pergi bersama teman-teman yang lain, aku tahu baju apa yang akan dipakainya. Sebaliknya dia juga begitu, sehingga seringkali kami muncul berdua dengan baju senada, meskipun kami tidak janjian sebelumnya.
Ada juga kejadian yang menurutku lucu. Selama SD, aku mempunyai sahabat karib yang kebetulan juga tetanggaku, Lelly namanya. Kami sangat dekat, seolah nyaris tak terpisahkan. Bahkan sempat ada anggapan : "dimana ada Reni, disitu ada Lelly". Kedekatan kami sampai ke batin juga lho. Contohnya saja, jika kami hendak pergi bersama teman-teman yang lain, aku tahu baju apa yang akan dipakainya. Sebaliknya dia juga begitu, sehingga seringkali kami muncul berdua dengan baju senada, meskipun kami tidak janjian sebelumnya.
Kedekatan kami rupanya membuat guru-guru mengkhawatirkan kami. Karena takut kami jadi saling ketergantungan satu sama lain, guru-guruku 'memisahkan' kami. Kami tak boleh lagi duduk sebangku. Kami tak boleh lagi bekerja dalam satu kelompok. Bahkan, aku dan Lelly seringkali ditunjuk menjadi ketua kelompok kami masing-masing. Itu saja belum cukup. Dalam kegiatan Pramuka, kami juga 'dipisahkan'. Lagi-lagi kami dijadikan ketua regu kami masing-masing/
Awalnya tentu saja kami tak paham apa maksud perlakuan guru kami itu. Namun lama kelamaan, kami mampu memahami alasan guru-guru kami. Selain agar kami tidak saling tergantung, rupanya guru-guru kami sengaja mempersiapkan mental jika kami tak bisa sama-sama selamanya. Guru-guru kami khawatir jika kami akan menjadi down dan patah semangat jika saat perpisahan itu terjadi.
Perhatian dari guru-gurunya membuatku suka bersekolah disana. Aku mencintai sepenuhnya guru-guruku yang hangat dan bersahabat. Saking cintanya aku pada guru-guruku, pernah suatu kali aku masuk ke dalam Ruang Guru dan mencatat data guru yang ada di papan data sekolah. Aku mencatat semua data tentang tanggal lahir dan alamat guru-guruku. Jika ternyata ada guruku yang berulang tahun, aku biasanya meminta ibuku untuk membuatkan kue ulang tahun. Selanjutnya, aku mengajak beberapa temanku untuk ke rumah guruku itu mengantarkan kue buat beliau. Demikian juga kalau ada guruku yang sakit, aku akan mengajak teman-temanku untuk membezuknya.
Acara berkunjung ke rumah guruku sudah bukan hal aneh bagiku dan teman-temanku. Kami datang ke rumah guru-guru kami itu hanya untuk ngobrol. Semua guru-ku di SD benar-benar sangat bersahabat sehingga kami dapat leluasa bercerita apa saja dengan guru-guru kami. Bahkan, ada guru yang sudah seperti kakak bagi kami sehingga kami bisa curhat dan bertukar pikiran dengan leluasa.
Bercerita tentang guru-guruku SD tak akan ada habisnya. Terlalu banyak kenangan manis yang tak terlupakan. Sekelumit kenanganku bersama guru SD-ku ini secara tiba-tiba hadir saat guru-guru di Indonesia merayakan "Hari Guru". Selamat Hari Guru untuk semua pendidik Indonesia, semoga dapat membimbing dan mendidik anak-anak Indonesia menjadi pribadi-pribadi yang tangguh dan berkualitas. Semoga...
Awalnya tentu saja kami tak paham apa maksud perlakuan guru kami itu. Namun lama kelamaan, kami mampu memahami alasan guru-guru kami. Selain agar kami tidak saling tergantung, rupanya guru-guru kami sengaja mempersiapkan mental jika kami tak bisa sama-sama selamanya. Guru-guru kami khawatir jika kami akan menjadi down dan patah semangat jika saat perpisahan itu terjadi.
Perhatian dari guru-gurunya membuatku suka bersekolah disana. Aku mencintai sepenuhnya guru-guruku yang hangat dan bersahabat. Saking cintanya aku pada guru-guruku, pernah suatu kali aku masuk ke dalam Ruang Guru dan mencatat data guru yang ada di papan data sekolah. Aku mencatat semua data tentang tanggal lahir dan alamat guru-guruku. Jika ternyata ada guruku yang berulang tahun, aku biasanya meminta ibuku untuk membuatkan kue ulang tahun. Selanjutnya, aku mengajak beberapa temanku untuk ke rumah guruku itu mengantarkan kue buat beliau. Demikian juga kalau ada guruku yang sakit, aku akan mengajak teman-temanku untuk membezuknya.
Acara berkunjung ke rumah guruku sudah bukan hal aneh bagiku dan teman-temanku. Kami datang ke rumah guru-guru kami itu hanya untuk ngobrol. Semua guru-ku di SD benar-benar sangat bersahabat sehingga kami dapat leluasa bercerita apa saja dengan guru-guru kami. Bahkan, ada guru yang sudah seperti kakak bagi kami sehingga kami bisa curhat dan bertukar pikiran dengan leluasa.
Bercerita tentang guru-guruku SD tak akan ada habisnya. Terlalu banyak kenangan manis yang tak terlupakan. Sekelumit kenanganku bersama guru SD-ku ini secara tiba-tiba hadir saat guru-guru di Indonesia merayakan "Hari Guru". Selamat Hari Guru untuk semua pendidik Indonesia, semoga dapat membimbing dan mendidik anak-anak Indonesia menjadi pribadi-pribadi yang tangguh dan berkualitas. Semoga...